Dokumen Halaman 6

 << Halaman 1 2 3 4 5                                     Halaman 6                                   Halaman 7>>


                                                       Koleksi Dokumen Halaman 6

 
126. Ilusi Negara Islam

Ilusi Negara Islam

Hantu Ilusi Negara Islam bukan hanya kumpulan esai akademik, melainkan juga peringatan moral. Buku ini relevan untuk siapa saja yang ingin memahami bagaimana Islam bisa tetap teguh tanpa kehilangan kebinekaan.

Ia mengingatkan kita: Indonesia tidak membutuhkan negara Islam untuk menjadi Islami. Justru, dengan merawat Pancasila dan pluralitas, Islam akan semakin menunjukkan wajahnya yang ramah dan penuh kasih.

<<Baca Disini>>



 
127. Biografi Soetardjo

Biografi Soetardjo

Buku Biografi Soetardjo mengajarkan kita bahwa perjuangan bangsa tidak hanya dilakukan dengan bambu runcing atau medan perang, tetapi juga melalui kekuatan ide, diplomasi, dan keberanian berbicara di ruang politik. Soetardjo adalah contoh nyata bagaimana perjuangan intelektual ikut membuka jalan menuju Indonesia merdeka..

 “Kalau Anda hanya mengenal pahlawan angkat senjata, maka buku ini akan membuka mata. Biografi Soetardjo menunjukkan bahwa satu gagasan berani bisa mengguncang kekuasaan kolonial. Jangan biarkan tokoh penting ini hanya jadi catatan kaki sejarah—bacalah bukunya, dan temukan inspirasi perjuangan yang relevan sampai hari ini!”

<<Baca Disini>>



 
128. Lubang-Lubang Pembantaian

Lubang-Lubang Pembantaian

Alasan Mengapa Buku Ini Menarik untuk Dibaca : Buku ini mendekatkan peristiwa sejarah melalui kesaksian konkret. Rangkaian tulisan yang tadinya berseri di media kini disusun sistematis dalam teks berwawasan. Mengajak pembaca merenungkan trauma masyarakat dan bagaimana ingatan kolektif terbentuk. Banyak sejarah lokal seperti ini tidak muncul secara luas di sekolah membaca buku ini adalah membuka lapisan sejarah yang terlupa.

Kalau kita hanya mengenang kemerdekaan lewat teks-teks heroik, buku ini memberikan sudut pandang lain: bahwa ada ruang-ruang gelap penuh luka di balik kisah bangsa. Lubang-Lubang Pembantaian bukan hanya soal PKI, tapi juga kesadaran bahwa sejarah kita berisi cerita tentang rasa takut, duka, dan perjuangan untuk tidak dilupakan.”

<<Baca Disini>>



 
129. Nazi di Indonesia – Sebuah Sejarah yang Terlupakan

Nazi di Indonesia

Mengapa buku ini wajib dibaca : Memberi wawasan unik tentang bagian yang jarang disebut dalam pelajaran sejarah resmi. Penulis merangkum berbagai sumber foto, arsip, hingga testimoni dengan pendekatan jurnalisme sejarah. Buku ini juga mengajak pembaca mempertanyakan asumsi: tidak semua kolonialisme hanya monolitik Belanda vs Indonesia. Ada intervensi lain yang perlu diketahui. Dan isi buku ini penuh Kejutan dan Mitos yang Diruntuhkan Mulai dari mitos kuburan Hitler hingga teori pelarian ke Indonesia, semuanya dijelaskan secara kritis.

Buku ini bukan sekadar lembaran sejarah; ia adalah pembuka tabir: tentang Nazi yang pernah membayangi Nusantara, operasi militer rahasia, dan intrik politik yang nyaris hilang dari ingatan. Nazi di Indonesia: Sebuah Sejarah yang Terlupakan akan mengubah cara Anda melihat sejarah Indonesia lebih kompleks, lebih abu-abu, dan jauh lebih mendebarkan.
<<Baca Disini>>



 
130. Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesiaz

Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia

Alasan Mengapa Harus Membaca Buku Ini : Karena sejarah resmi tidak selalu benar. Karena luka 1965 adalah milik bangsa ini, bukan hanya korban. tanpa kejujuran pada masa lalu, kita sulit melangkah ke masa depan. Dan buku ini membuka ruang diskusi, bukan sekadar mengulang propaganda.

Kalau Anda hanya mengenal sejarah 1965 lewat buku pelajaran sekolah, buku ini akan mengejutkan. Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia bukan sekadar bacaan, tapi undangan untuk berpikir ulang: siapa yang menulis sejarah, dan untuk siapa? Jangan biarkan abu menutup kebenaran buka kembali lembaran gelap itu, dan temukan wajah lain sejarah Indonesia.”

<<Baca Disini>>



 
131. Kebenaran yang Hilang

Kebenaran yang Hilang

Mengapa Buku Ini Layak Dibaca? Membuka mata kita melihat sejarah dari sisi yang jarang diajarkan di sekolah atau mimbar. memahami bahwa khilafah bukan utopia sempurna, melainkan praktik politik manusia. saat wacana negara agama kembali muncul, buku ini menjadi pengingat agar tidak terjebak pada romantisme. membaca buku ini sama artinya menghargai keberanian Fouda yang mempertaruhkan nyawanya demi kebenaran.

Jika sejarah hanya kita telan bulat-bulat, ia bisa jadi racun. Tapi bila kita kunyah dengan kritis, ia menjadi obat. Buku Kebenaran yang Hilang bukan bacaan ringan, melainkan tamparan: bahwa sejarah Islam penuh cahaya, tapi juga bayang-bayang. Bacalah buku ini, agar kita bisa mencintai agama dengan lebih jujur—dan menatap masa depan dengan lebih berani.”

<<Baca Disini>>



 
132. Arok Dedes

Arok Dedes

Mengapa Novel Ini Layak Dibaca? 1. Membuka sejarah Jawa dengan cara yang hidup, bukan sekadar hafalan raja dan kerajaan. 2 Kisah yang penuh drama cinta, politik, pengkhianatan, dan perebutan tahta. 3 Kritik sosial, Pram menyelipkan sindiran terhadap kekuasaan yang rakus, relevan hingga hari ini.
4 Karya sastra kelas dunia ditulis dengan gaya naratif khas Pram yang tajam, lugas, dan penuh makna.

Membaca buku Arok Dedes bukan sekadar menyusuri kisah cinta dan pengkhianatan abad ke-13. Ia adalah kaca benggala: bahwa perebutan kuasa, kelicikan politik, dan ambisi manusia adalah kisah abadi. Pram menulisnya bukan untuk masa lalu, tapi untuk menyentil masa kini. Bacalah, dan Anda akan menemukan bahwa sejarah selalu hidup di sekitar kita.”

<<Baca Disini>>



 
133. Atlas Sejarah Islam

Atlas Sejarah Islam

Membaca Atlas Sejarah Islam ibarat menjelajah mesin waktu: dari gurun tandus Mekah, benteng megah Bizantium, hingga istana Baghdad yang penuh ilmu. Buku ini bukan sekadar sejarah, tetapi cermin tentang bagaimana peradaban dibangun, runtuh, dan bangkit kembali.

Tidak seperti buku sejarah yang kering, atlas ini kaya peta dan gambar sehingga mudah diikuti. Dari masa Nabi hingga serangan Mongol, semua terangkum. Kisah keberanian, diplomasi, dan kebangkitan Islam memberi pelajaran berharga bagi masa kini. Bahasa sederhana, cocok untuk pelajar, guru, maupun pembaca umum.

Kalau Anda ingin memahami Islam tidak hanya sebagai agama,maka buku ini adalah teman perjalanan terbaik Anda.

<<Baca Disini>>



 
134. Arkeologi Islam Nusantara

Arkeologi Islam Nusantara

Membaca Arkeologi Islam Nusantara bagaikan berjalan di atas pasir pesisir Aceh sambil menyentuh batu nisan beraksara Arab tua, atau membuka naskah usang di sebuah pesantren Jawa. Setiap halaman membawa kita ke ruang sejarah yang jarang dijamah buku pelajaran sekolah.

Bagi pencinta sejarah, buku ini adalah peta harta karun yang membuka sudut-sudut tersembunyi perkembangan Islam di Indonesia. Bagi pembaca awam, buku ini mudah diikuti karena mengalir naratif, tak kaku seperti laporan penelitian. Bagi mahasiswa atau peneliti, buku ini jadi rujukan akademis yang kaya data. Bagi siapa saja, buku ini menawarkan rasa bangga: Islam Nusantara bukan pasif, tetapi aktif berinteraksi dengan dunia.

Kalau Anda ingin tahu bagaimana Islam benar-benar tumbuh di negeri ini maka buku ini adalah kunci untuk membuka pintu masa lalu.

<<Baca Disini>>



 
135. Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa

Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa

Hal-Hal Menarik dalam Buku Ini : Menghidupkan Arsip Kolonial – Jan Breman menyusuri dokumen lama, laporan pejabat Belanda, hingga catatan desa di Priangan. Kopi Produk yang akrab di meja makan ternyata menyimpan cerita getir. Kemajuan ekonomi kolonial tidak otomatis membuat rakyat pribumi sejahtera. Apa yang terjadi di desa Sunda punya dampak besar pada keuangan negeri Belanda di Eropa. Membuka mata kita bahwa “kemakmuran kolonial” dibangun di atas penderitaan rakyat. Menawarkan perspektif kritis: sejarah bukan sekadar kisah pahlawan, tetapi juga jeritan petani kecil

Membaca Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa bagaikan menyingkap sisi gelap secangkir kopi. Setiap halaman mengingatkan kita bahwa di balik harum biji kopi Nusantara, ada cerita getir tentang kerja rodi, keluarga tercerabut, dan desa-desa yang berubah menjadi ladang kepatuhan kolonial.

<<Baca Disini>>



 
136. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450

Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450

Hal-Hal Menarik dari Buku Ini : Nusantara dan Asia Tenggara pernah jadi pusat ekonomi global. sejarah dunia tidak hanya ditulis dari Eropa, tapi juga dari pelabuhan di “Tanah di Bawah Angin”. dinamika perdagangan internasional dan kosmopolitanisme masa lalu punya gema di era globalisasi hari ini.

Membaca buku ini bagaikan naik kapal dagang abad ke-16, berlayar dari Malaka ke Makassar, dari Manila ke Ternate. Anthony Reid menuntun kita melihat Asia Tenggara bukan sebagai halaman belakang sejarah dunia, melainkan sebagai panggung utama yang pernah menentukan arah ekonomi global.

Kalau Anda ingin tahu mengapa dunia dulu rela berperang demi rempah-rempah dari Nusantara, dan bagaimana kota-kota kita pernah menjadi simpul internasional yang ramai, maka buku ini adalah bacaan yang akan mengubah cara Anda melihat sejarah.

<<Baca Disini>>



 
137. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga II

Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450–1680, Jilid II: Jaringan Perdagangan Global

Membaca Jilid II Asia Tenggara dalam Kurun Niaga seperti menelusuri jalur sutra maritim yang menghubungkan Banda, Manila, Goa, hingga Amsterdam. Reid menghadirkan gambaran dramatis bagaimana lada, pala, dan cengkeh Nusantara mampu menggerakkan kapal-kapal, kerajaan, bahkan peperangan antarbangsa.

Kalau Anda ingin memahami mengapa kolonialisme bisa lahir dari secangkir rempah, buku ini adalah kunci untuk membuka cerita besar sejarah global yang berpusat di Asia Tenggara.

<<Baca Disini>>



 
138. Pengantar Pra Sejarah Indonesia

Pengantar Pra Sejarah Indonesia

Masa lalu selalu punya cara mengejutkan kita. Lewat buku ini, Anda akan diajak berjalan menyusuri gua-gua tua, menyentuh kapak batu peninggalan ribuan tahun, hingga menyaksikan lahirnya wayang dan gamelan dari masyarakat yang baru belajar bercocok tanam. Semua kisah itu tersusun dalam narasi yang membuat sejarah terasa hidup.

Lebih dari sekadar deretan fakta, Pengantar Pra Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai seperti gotong royong dan musyawarah sudah berakar sejak masa purba. Nilai-nilai itu bukan impor dari luar, melainkan lahir dari cara hidup nenek moyang kita. Membacanya membuat kita lebih dekat dengan identitas bangsa.

Jika Anda ingin memahami asal-usul Indonesia bukan hanya lewat mitos, tetapi lewat jejak nyata berupa artefak, fosil, dan tradisi, buku ini adalah pintu masuk yang tepat. Ia adalah undangan untuk mencintai sejarah, menghargai warisan budaya, sekaligus merasa bangga bahwa bangsa ini sudah berdiri tegak sejak ribuan tahun lalu.

<<Baca Disini>>



 
139. Muhammad: Prophet for Our Time

Muhammad: Prophet for Our Time

Membaca buku ini seperti berjalan bersama Muhammad ﷺ melewati gurun Mekkah, menyaksikan tantangan yang ia hadapi, sekaligus merasakan kelembutan hatinya. Karen Armstrong menulis dengan gaya yang hangat dan penuh empati, sehingga sosok Nabi terasa dekat, bukan hanya sebagai figur suci, tapi juga sebagai manusia yang berjuang bagi masyarakatnya.

Di tengah dunia modern yang sering salah paham terhadap Islam, buku ini hadir sebagai jembatan. Ia menunjukkan bahwa ajaran Nabi bukanlah kekerasan, melainkan kasih sayang, keadilan sosial, dan solidaritas. Nilai-nilai itu justru sangat dibutuhkan di abad ke-21 yang penuh konflik dan ketidakadilan.

Kalau Anda ingin mengenal Nabi Muhammad ﷺ lebih dari sekadar kisah-kisah heroik, tapi juga sebagai pribadi yang penuh cinta, sabar, dan visioner, buku ini adalah pilihan yang tepat. Ia bukan hanya bacaan sejarah, melainkan inspirasi hidup.

<<Baca Disini>>



 
140. Islamku, Islam Anda, Islam Kita

Islamku, Islam Anda, Islam Kita 
Membaca buku ini seperti berbincang langsung dengan Gus Dur—hangat, kadang diselingi humor, tapi selalu membuat kita berpikir lebih dalam. Ia mengingatkan bahwa Islam sejatinya hadir untuk menyatukan, bukan memisahkan.

Di tengah dunia yang sering dilanda konflik identitas, Islamku, Islam Anda, Islam Kita adalah oase: ia menunjukkan bahwa perbedaan bisa dirayakan, dan bahwa Islam di Indonesia bisa menjadi perekat, bukan pemecah. Buku ini bukan hanya layak dibaca, tapi juga direnungkan.

<<Baca Disini>>



 
141. Kerajaan Islam di Jawa

Kerajaan Islam di Jawa

Membaca buku ini seperti berjalan di alun-alun Demak, ikut menyaksikan Sultan Agung menata kerajaannya, atau mendengar petuah Wali Songo yang menuntun masyarakat Jawa. Sejarah tak lagi kaku, tapi hidup—penuh intrik politik, diplomasi, sekaligus proses kebudayaan yang indah.

Buku Kerajaan Islam di Jawa akan membuat Anda memahami bahwa Islam di Jawa bukan datang begitu saja, melainkan tumbuh melalui dialog panjang dengan tradisi lokal. Inilah bacaan yang bukan hanya mengisahkan kerajaan, tapi juga membukakan mata tentang jati diri bangsa.

<<Baca Disini>>



 
142. Detik-Detik yang Menentukan

Detik-Detik yang Menentukan

Membaca Detik-Detik yang Menentukan seperti duduk bersama Habibie di ruang kerjanya, mendengar ia bercerita tentang telepon terakhir Soeharto, dilema Timor Timur, hingga rasa lega setelah membuka kebebasan pers. Setiap halaman membuat kita merasakan denyut jantung bangsa yang tengah lahir kembali.

Buku ini penting bukan hanya untuk pencinta sejarah, tapi untuk siapa pun yang ingin memahami bahwa demokrasi Indonesia tidak jatuh dari langit, melainkan lahir dari keberanian seorang presiden yang hanya sebentar berkuasa, tetapi membuat keputusan yang mengubah segalanya

<<Baca Disini>>



 
143. Gerakan Komunisme Islam Surakarta 1914–1942

Gerakan Komunisme Islam Surakarta 1914-1942

Membaca buku ini seperti berjalan di pasar Klewer awal abad 20, mendengar pedagang batik berdebat tentang Islam, komunisme, dan perlawanan terhadap Belanda. Sejarah tak lagi sekadar nama tokoh, tetapi denyut hidup masyarakat Solo yang sedang mencari jalan menuju kemerdekaan.

Jika Anda ingin memahami bagaimana ide besar dunia beradu di ruang lokal Indonesia, Gerakan Komunisme Islam Surakarta 1914–1942 adalah bacaan wajib. Buku ini mengingatkan kita bahwa bangsa ini dibentuk bukan hanya oleh pedang dan diplomasi, tetapi juga oleh pertarungan gagasan yang sengit.

<<Baca Disini>>



 
144. Madiun 1948: PKI Bergerak

Madiun 1948: PKI Bergerak

Membaca buku ini serasa berada di tengah kota Madiun 1948—mendengar pidato Musso, merasakan ketegangan antara tentara dan rakyat, hingga menyaksikan pilihan hidup-mati yang dihadapi bangsa muda. Sejarah yang dulu terasa hitam-putih kini tampak dengan detail penuh warna.

Jika Anda ingin memahami bagaimana Republik Indonesia diuji bukan hanya oleh Belanda, tetapi juga oleh konflik internalnya sendiri, Madiun 1948: PKI Bergerak adalah bacaan wajib. Buku ini akan membuka mata bahwa demokrasi dan kemerdekaan kita lahir dari jalan yang berliku, penuh darah, ideologi, dan pengorbanan.

<<Baca Disini>>




 
145. Nasionalisme Indonesia Kini dan di Masa Depan

Nasionalisme Indonesia Kini dan di Masa Depan
Membaca buku ini seperti bercermin: kita melihat perjalanan panjang bangsa dari kolonialisme hingga reformasi, sekaligus bertanya—ke mana kita akan melangkah? Anderson membawa kita menyusuri sejarah bukan dengan kacamata nostalgia, melainkan dengan pandangan kritis yang segar.

Jika Anda ingin memahami apa arti nasionalisme di era globalisasi, Nasionalisme Indonesia Kini dan di Masa Depan adalah bacaan penting. Buku ini mengajak kita untuk tidak hanya bangga menjadi Indonesia, tapi juga sadar bahwa nasionalisme harus terus diperbarui agar tetap hidup.

<<Baca Disini>>



 
146. Marxisme dan Evolusi Manusia

Marxisme dan Evolusi Manusia
Membaca buku ini serasa menelusuri jejak panjang manusia: dari saat nenek moyang kita membuat kapak batu, hingga ketika kita kini hidup di dunia digital yang serba kompleks. Dede Mulyanto membawa kita memahami bahwa perubahan besar manusia tak pernah lepas dari kerja dan cara kita memproduksi kehidupan.

Jika Anda ingin tahu bagaimana evolusi biologis bertaut erat dengan evolusi sosial, Marxisme dan Evolusi Manusia adalah bacaan yang mencerahkan. Buku ini mengajak kita melihat sejarah bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi peta menuju masa depan umat manusia.

<<Baca Disini>>



 
147. Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto

Dalih Pembunuhan Massa
Membaca Dalih Pembunuhan Massal seperti membuka kembali lembar catatan rahasia negara: penuh intrik, manipulasi, dan darah rakyat kecil. John Roosa menulis deng1an detail investigatif yang membuat sejarah terasa hidup sekaligus menggetarkan.

Buku ini penting bukan hanya untuk sejarawan, tetapi untuk siapa pun yang peduli pada kebenaran. Ia mengingatkan kita bahwa bangsa yang berani melihat masa lalunya dengan jujur adalah bangsa yang bisa melangkah ke masa depan tanpa dihantui hantu sejarah.

<<Baca Disini>>



 
148. Gajah Mada Jilid 1

Gajah Mada Jilid 1


Bayangkan kamu menyaksikan sebuah fajar bayangan di kerajaan Majapahit yang bergolak. Pasukan istana yang tersembunyi, mata-mata yang berbisik dalam kegelapan, dan satu sosok kecil Gajah Mada berdiri tegak di tengah badai intrik. Gajah Mada Jilid 1 menorehkan kisah itu, menampilkan bagaimana seorang pemimpin terbentuk dari keberanian, kecerdikan, dan loyalitas tanpa pamrih. Setiap halaman mengundangmu menyusuri lorong istana penuh bahaya, merasakan detak jantung saat rahasia dikirim lewat kode, dan menyaksikan bagaimana bakat strategi menyalakan harapan untuk seluruh kerajaan.

Kalau kamu menyukai cerita yang memadukan romansa sejarah, kepahlawanan, dan drama politik, novel ini adalah pintu gerbangnya. Gaya naratifnya ringan tapi mendalam, penuh detil budaya yang memikat, dan karakter yang meski kadang samar, tapi resonansinya terasa kuat. Mulailah petualangan epik ini, dan biarkan dirimu terbawa oleh ketegangan dan keagungan masa lalu, hingga sulit berhenti sebelum menuntaskan bab terakhir.

<<Baca Disini>>




 
149. Gajah Mada Jilid 2 : Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara

Gajah Mada Jilid 2

Bayangkan duduk di balik tirai permaisuri istana Majapahit, menyaksikan percikan tipu daya dan bisikan politik yang membara. Dua pewaris tahta berdiri di ambang mahkota, sementara bayangan misteri masa lalu nama sandi, dendam lama mengancam membakar ruang istana. Di sinilah Gajah Mada berdiri, bukan lagi sebagai prajurit, melainkan detektif yang menembus kabut rahasia dan intrik, menyalakan cahaya keadilan di tengah cahaya redup kekuasaan.

Jika kamu terpesona oleh cerita politik klasik penuh intrik, baik itu drama cinta, strategi cerdas, maupun nuansa budaya masa lampau, seri ini adalah sumber inspirasi yang memikat. Dengan gaya narasi yang cerdas dan emosional, Gajah Mada Jilid 2 akan membuatmu menahan napas di tiap bab—sampai akhirnya, judul ‘Gajah Mada’ terasa lebih dari sekadar nama, melainkan lambang kecerdikan dan keberanian yang tak lekang waktu.

<<Baca Disini>>






 
150. Gajah Mada Jilid 3 : Hamukti Palapa

Gajah Mada Jilid 3

Bayangkan dirimu berdiri di bawah sinar matahari terik di pendapa kerajaan Majapahit ketika seorang figur muncul, tegak penuh karisma, lalu bersumpah dengan lantang—“Aku tidak akan beristirahat hingga seluruh Nusantara bersatu!” Inilah kisah Gajah Mada Jilid 3: Hamukti Palapa. Pusaka kerajaan lenyap, musuh menyulut pemberontakan, namun sumpah legendaris itu menyalakan bara harapan kebesaran Majapahit. Misteri pembalasan, strategi rahasia, dan rahang sejarah yang tak mudah dipatahkan media masa.

Jika kamu menyukai kisah heroik yang menyentuh sekaligus memicu rasa ingin tahu, novel ini adalah mahakarya wajib. Gaya storytelling-nya halus namun tegas, dialognya menggetarkan, dan drama politiknya bak opera istana—dengan nuansa budaya yang meresap ke dalam setiap kalimat. Mulailah di halaman pertama, dan biarkan sumpah Palapa menuntunmu ke puncak narasi sejarah yang memperkaya jiwa.

<<Baca Disini>>



 

 << Halaman 1 2 3 4 5                                     Halaman 6                                  Halaman 7>>