Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia – Yoseph Tugio Taher
Sejarah tidak pernah benar-benar mati. Ia hanya tertimbun, menjadi abu yang sewaktu-waktu bisa ditiup angin. Buku Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia karya Yoseph Tugio Taher adalah upaya untuk menyapu abu itu, menggali kembali kisah-kisah gelap bangsa yang selama ini terpinggirkan.
Buku ini mengajak pembaca menelusuri luka kolektif bangsa: tragedi 1965, pembantaian massal, peran Soeharto, hingga cara Orde Baru membangun “sejarah resmi” yang menutup suara lain. Yoseph menulis dengan keberanian, menyajikan fakta, tafsir, dan potongan arsip yang selama ini tercecer, agar generasi hari ini bisa melihat sejarah Indonesia dari sudut yang lebih jernih.
![]() |
| Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia |
Poin-Poin Penting Buku
Bab 1: Sejarah Sebagai Tafsir
Yoseph menegaskan: sejarah adalah karya interpretasi. Apa yang kita baca sebagai kebenaran sering kali hanyalah versi yang dimenangkan oleh penguasa.
Bab 2: Pola Soeharto Sebelum 1965
Dengan pendekatan “pola perilaku”, penulis menelusuri tindakan Soeharto sejak Peristiwa 3 Juli 1946 hingga G30S, memperlihatkan jejak manipulasi yang berulang.
Bab 3: Tragedi 1965
Peristiwa yang disebut “G30S” dibedah sebagai tragedi besar bangsa. Yoseph menyoroti bagaimana jutaan orang dicap komunis, lalu hilang atau dibantai tanpa pengadilan.
Bab 4: Propaganda Orde Baru
Dari film wajib “Pengkhianatan G30S/PKI” hingga kurikulum sekolah, narasi resmi dibangun untuk membungkam versi lain. Inilah abu sejarah yang menutup kebenaran.
Bab 5: Abu-abu Ingatan Kolektif
Luka sejarah tidak pernah sembuh karena bangsa ini lebih suka melupakan. Yoseph mengajak pembaca untuk berani menyingkap ingatan, meski pahit dan menyakitkan.
Bab 6: Harapan untuk Generasi Muda
Penutup buku berisi seruan agar generasi kini jangan hanya menerima narasi tunggal, melainkan berani mempertanyakan dan menggali fakta di balik propaganda.
