Dalih Pembunuhan Massal – Mengungkap Misteri G30S dan Lahirnya Orde Baru
Bayangkan sebuah malam penuh ketegangan: 30 September 1965. Sejumlah jenderal Angkatan Darat diculik dan dibunuh. Peristiwa itu jadi dalih untuk operasi politik dan militer yang mengubah wajah bangsa. Ratusan ribu orang dituduh komunis, lalu dibunuh atau dipenjara tanpa proses hukum. Inilah kisah kelam yang dibongkar John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal.
Buku ini berupaya menjawab pertanyaan: apa sebenarnya yang terjadi dalam G30S? Siapa yang merencanakan? Bagaimana peristiwa itu menjadi pintu masuk Soeharto menuju kekuasaan? Dengan penelitian arsip, wawancara, dan analisis yang tajam, Roosa menunjukkan bahwa narasi resmi Orde Baru hanyalah setengah kebenaran—atau bahkan manipulasi sejarah.
![]() |
| Dalih Pembunuhan Massa |
Isi & Poin-Poin Penting Tiap Bab
1. Latar Belakang Politik 1960-an
Indonesia terbelah: Sukarno dengan “Nasakom” (nasionalis, agama, komunis) berusaha menyeimbangkan kekuatan, sementara Angkatan Darat curiga terhadap PKI yang kian kuat.
2. Persiapan dan Gerakan 30 September
Roosa mengurai bukti-bukti bahwa G30S bukanlah kudeta nasional besar-besaran, melainkan operasi terbatas yang melibatkan sebagian kecil perwira militer dan anggota PKI.
3. Penculikan dan Pembunuhan Para Jenderal
Detail peristiwa tragis malam itu: bagaimana operasi berjalan kacau, dan mengapa para jenderal akhirnya dibunuh.
4. Propaganda dan Pembalikan Narasi
Segera setelah peristiwa, Angkatan Darat membangun narasi bahwa PKI dalang utama G30S. Media massa dikuasai, film diproduksi, dan seluruh bangsa diyakinkan untuk membenci PKI.
5. Soeharto dan Jalan ke Kekuasaan
Soeharto muncul sebagai “penyelamat bangsa” setelah menumpas G30S. Roosa menyoroti bagaimana ia memanfaatkan situasi untuk menggusur Sukarno dan memulai rezim Orde Baru.
6. Pembunuhan Massal 1965–1966
Inilah bagian paling gelap: ratusan ribu orang tewas, jutaan lainnya ditahan, disiksa, atau distigma seumur hidup. Roosa menyebutnya salah satu pembunuhan massal terbesar abad ke-20.
7. Refleksi Sejarah
Buku ditutup dengan kritik pada rekayasa sejarah Orde Baru, sekaligus tantangan: apakah bangsa ini berani menghadapi kebenaran pahit tentang masa lalunya?
