Kerajaan Islam di Jawa – Dari Runtuhnya Majapahit ke Kejayaan Mataram
Bayangkan suasana Jawa abad ke-15: Majapahit yang megah perlahan meredup, sementara di pesisir utara kota-kota dagang Muslim semakin ramai. Pedagang, ulama, dan bangsawan lokal membangun jaringan baru, dan dari sinilah lahir sebuah peradaban baru: kerajaan-kerajaan Islam Jawa. Buku Kerajaan Islam di Jawa karya de Graaf dan Pigeaud mengajak kita menyusuri detik-detik transisi besar itu—dari keruntuhan Majapahit, kebangkitan Demak, peralihan ke Pajang, hingga kejayaan Mataram.
![]() |
| Kerajaan Islam di Jawa |
Isi dan Poin-Poin Menarik Tiap Bab
1. Senjakala Majapahit
De Graaf dan Pigeaud menggambarkan bagaimana Majapahit melemah akibat konflik internal, perebutan kekuasaan, dan melemahnya kontrol pusat. Di saat yang sama, jalur perdagangan Islam di pesisir menjadi semakin penting.
2. Demak: Islamisasi dan Politik Pesisir
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, dianggap sebagai simbol kemenangan Islam. Di sinilah peran Wali Songo sangat menonjol, bukan hanya menyebarkan agama, tapi juga mendukung lahirnya kekuatan politik baru.
3. Pajang: Kerajaan di Tengah Transisi
Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) memindahkan pusat kekuasaan ke pedalaman. Pajang singkat umurnya, tapi membuka jalan bagi berdirinya Mataram, dengan menggabungkan tradisi Islam pesisir dan budaya Jawa pedalaman.
4. Mataram: Puncak Kejayaan Islam Jawa
Panembahan Senapati dan Sultan Agung memperluas kekuasaan Mataram hingga sebagian besar Jawa tunduk. Sultan Agung dikenal dengan kalender Jawa-Islam dan visinya membangun kerajaan besar, yang menyeimbangkan Islam dengan tradisi Jawa.
5. Islam dan Kebudayaan Jawa
Buku ini menekankan bahwa Islamisasi Jawa tidak menyingkirkan budaya lama, melainkan merangkulnya. Wayang, gamelan, hingga ritual Jawa diperkaya dengan nilai-nilai Islam, melahirkan corak unik yang khas hingga sekarang.
