Arok Dedes – Intrik, Cinta, dan Ambisi di Balik Lahirnya Singasari
Sejarah Jawa tidak hanya berisi nama raja-raja besar, tapi juga kisah tentang ambisi, cinta, dan pengkhianatan. Novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer membawa kita ke abad ke-13, saat Tumapel bergejolak dan melahirkan kerajaan baru: Singasari.
Lebih dari sekadar roman sejarah, buku ini adalah tafsir ulang atas legenda Jawa kisah Ken Arok dan Ken Dedes yang selama ratusan tahun hidup dalam naskah Pararaton dan Negarakertagama. Pram menghadirkannya dengan tajam: penuh politik, seksualitas, perebutan tahta, dan refleksi sosial yang terasa dekat dengan kehidupan bangsa kita sekarang.
![]() |
| Arok Dedes |
Isi & Hal-Hal Menarik Tiap Bagian
Ken Dedes & Aura Kekuasaan
Putri cantik istri Tunggul Ametung ini digambarkan penuh daya tarik. Bukan hanya kecantikan fisiknya, tetapi keyakinan bahwa ia membawa “wahyu kerajaan”. Aura inilah yang memikat Ken Arok.
Ken Arok: Dari Bawah ke Puncak
Arok adalah anak desa yang hidup miskin, keras, dan berani. Ia haus kuasa, cerdas, dan licik. Pram menggambarkannya sebagai manusia biasa yang berani melawan “takdir bangsawan”.
Tunggul Ametung & Kekuasaan Tumapel
Tunggul Ametung adalah penguasa Tumapel yang otoriter. Arogan dan lalai, ia kehilangan kewaspadaan sehingga menjadi korban intrik Ken Arok.
Kejatuhan & Pembunuhan
Peristiwa besar novel adalah pembunuhan Tunggul Ametung oleh Ken Arok. Dengan menikahi Ken Dedes, Arok merebut Tumapel dan membuka jalan lahirnya Singasari.
Refleksi Pram
Novel ini tidak berhenti pada kisah cinta dan intrik. Pram menyindir bahwa sejarah selalu diwarnai ambisi manusia, dan rakyat kecil sering hanya menjadi penonton dari permainan kuasa.
