Gajah Mada Jilid 3: Hamukti Palapa – Sumpah Sang Mahapatih
Drama Politik dan Misteri Berpadu Kombinasi sumpah monumental, pencurian pusaka, dan konspirasi militer menciptakan alur yang menegangkan, mendalam, dan penuh kejutan. Tokoh Gajah Mada berubah dari sekadar pelindung menjadi arsitek nasional sosok visioner yang mencetuskan sumpah penyatuan nusantara. Penulis berhasil menyelipkan nuansa budaya yang kental, dialog filosofis, dan situasi istana yang dramatis namun tetap mudah dinikmati pembaca awam. Bagi yang penasaran akar sumpah ‘Amukti Palapa’, buku ini memberi konteks dramatis dan emosional, menjadikannya pintu masuk yang menawan untuk memahami peran Gajah Mada dalam sejarah Nusantara.
![]() |
| Gajah Mada Jilid 3 |
Ringkasan & Poin-Poin Menarik
1. Latar dan Kondisi Majapahit Setelah Pengangkatan Mahapatih
Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih dan bersumpah pantang menikmati hidup hingga Nusantara bersatu di bawah Majapahit—dengan sumpah legendarisnya: Amukti Palapa
2. Misteri Pencurian Pusaka & Gerakan Rahasia
Kisah berawal dari misteri pencurian dua pusaka: kain cihna gringsing lobheng lewih laka dan payung kebesaran istana. Insiden ini berhubungan dengan gerakan militer rahasia di wilayah Keta dan Sadeng, menambah unsur detektif dalam narasi.
3. Proses Mengucap Sumpah ‘Hamukti Palapa’
Momen pusat cerita adalah saat Gajah Mada melayangkan sumpah di hadapan sinar menyengat matahari di Bale Manguntur—sebuah janji monumental yang mendapat tekanan besar dari loyalis dan penentang .
4. Peran Gajah Mada sebagai Arsitek Penyatuan Barat–Timur
Setelah sumpah, pengaruh Mahapatih tumbuh pesat. Ia merancang strategi penyatuan wilayah nusantara, mulai dari Bali, Sunda, Jawa hingga Pahang, dengan berperan sebagai motor penggerak nasional.
5. Tekstur Narasi & Kekayaan Budaya
Dengan gaya bahasa yang berpijak pada sejarah namun dibalut fiksi kaya emosi, novel ini menghidupkan suasana Majapahit dan karakter tokohnya secara otentik dan mengena di hati pembaca.
6. Respons Pembaca & Tantangan Membaca
Menurut pembaca Goodreads, narasinya memang panjang dan kadang memicu jeda baca, namun momen sumpah Palapa meninggalkan efek mendalam dan memukau. Alur teka-teki politik dan budaya menjadi daya tarik yang kuat.
