Labuan Bajo: Kisah Perjalanan yang Tak Selalu Mulus, Tapi Penuh Cerita
Hari ini hari Kamis. Hari kedua di Labuan Bajo, dan hari ke-17 dalam petualangan panjangku menjelajahi timur Indonesia. Kalau ada satu hal yang selalu bisa bikin aku semangat, itu adalah alam Indonesia Timur. Bangun pagi ini, alarm jam 5 pagi langsung membangunkan aku dari mimpi indah di La Boheme Bajo Hostel (lokasi lihat disini). Penginapan yang lucu banget! La Boheme Bajo bukan penginapan mewah, tapi ada sesuatu yang bikin tempat ini nyaman banget. Dindingnya penuh dengan mural warna-warni, suasana santai banget, dan yang paling penting, dekat banget dengan pelabuhan, jadi mudah banget buat mulai petualangan hari ini.
Aku duduk sebentar di bangku kayu yang menghadap jendela besar. Angin laut pagi yang segar masuk, nyampur sama aroma kopi yang baru diseduh. “Ah, ini sih mood booster banget,” pikirku sambil ngelirik keluar jendela, melihat laut yang masih tenang. Rasanya kayak mau tinggal di sini selamanya.
Setelah sedikit merenung, aku pun bergegas, siap-siap untuk sarapan cepat sebelum menuju pelabuhan. Perjalanan hari ini udah menunggu. Setelah memastikan semua perlengkapan – mulai dari kamera, camilan, hingga topi – aku pun melangkah menuju Marina Waterfront, tempat pertemuan dengan kru Open Sail. Jalan menuju pelabuhan di pagi hari itu keren banget. Angin laut seger, dan pemandangan sekitar begitu menenangkan. Laut biru, langit cerah, dan udara segar. Aku kayak baru sadar kalau selama ini udah jauh banget dari hiruk-pikuk kota.
Sampai di pelabuhan, aku langsung ketemu kru yang bakal bawa kami berkeliling. Kami berangkat dari pelabuhan sekitar pukul 7. Jadi, kapal yang kami naiki ini pakai perahu kayu tradisional, yang walaupun sederhana, cukup tangguh buat perjalanan jauh. Perjalanan ini bakal panjang, jadi aku udah siap mental. Tapi, pemandangannya sih bener-bener bikin betah. Laut biru bening banget, pulau-pulau kecil muncul satu per satu di kejauhan. Aku gak merasa bosan sedikit pun, karena setiap sudut pemandangan ini tuh seperti lukisan hidup.
![]() |
Sail Labuan Bajo |
Di perjalanan, aku ngobrol-ngobrol sama teman-teman baru. Ada yang asal Jakarta, ada juga yang dari Surabaya. Kami cerita-cerita, bercanda, bahkan bikin rencana mau kemana setelah petualangan selesai. Semuanya jadi akrab dalam sekejap, bahkan kayak udah lama kenal.
Tujuan pertama kami adalah Pulau Padar (lokasi lihat disini). Semakin lama, panas matahari semakin bikin kulit terbakar. Sesampainya di dermaga, aku udah harus bersiap-siap untuk naik ke puncak pulau. Dan, seperti yang aku duga, ada sekitar 800 anak tangga yang harus ku lewati.
“Serius deh, 800 anak tangga?!” pikirku. Pasti bakal nyesel deh. Tapi yaudahlah, aku coba aja, siapa tahu jadi pengalaman seru.
Tapi begitu mulai mendaki, rasanya kayak ada yang bakar-bakar aku dari dalam. Beberapa teman-teman mulai menyerah, dan akhirnya lebih milih balik ke kapal. Aku? Terus maju! Meski keringat sudah bercucuran, langkahku masih terus maju. Aku kasih semangat ke diri sendiri, "Ayo, sedikit lagi!"
Akhirnya, setelah perjuangan luar biasa, aku sampai juga di puncak Pulau Padar (lihat disini). Pemandangannya... Wah, gak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bukit hijau, pantai putih, laut biru yang indah banget. Angin laut yang sejuk, matahari yang terik, semuanya bikin aku merasa, “Ya, ini kenapa aku harus berjuang, untuk momen kayak gini!”
“Maaf pak, bisa bantu foto?! Ini buat Instagram!” aku minta tolong ke seorang rangger yang ada di situ. Dia langsung senyum dan bantuin. Bahkan sambil bercanda, “Wah, bisa jadi model nih!”
Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak Pulau Padar, kami semua turun kembali menuju kapal. Angin yang kencang mulai membawa tanda-tanda bahwa hari semakin panas. Sesampainya di kapal, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju tujuan berikutnya: Pulau Komodo. Tujuan ini sudah lama aku idam-idamkan, karena di sini, aku bisa melihat langsung hewan purba yang legendaris: Komodo.
![]() |
dipulau komodo |
Perjalanan dengan kapal kayu ini benar-benar memberikan nuansa petualangan yang tak terlupakan. Walau angin sedikit berhembus kencang dan matahari mulai terik, aku tetap merasa terhanyut oleh pemandangan yang luar biasa. Laut biru yang terbentang luas, pulau-pulau kecil yang tersebar di kejauhan, dan langit yang seolah-olah tak ada habisnya, semuanya seperti mengajak kita untuk terus melangkah maju. Aku merasakan kedamaian di setiap gelombang yang mengguncang kapal, seolah alam ini memberikan pelukan hangat untuk kami yang sedang berlayar.
Perjalanan menuju Pulau Komodo (lokasi lihat disini) memakan waktu beberapa jam, dan selama perjalanan, kami semua mulai akrab. Ngobrol dengan teman-teman baru sambil menikmati angin laut yang sejuk, membuat waktu terasa begitu cepat. Semuanya bercanda, bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucu dalam perjalanan mereka. Ada yang bilang kalau mereka takut bertemu dengan komodo, ada juga yang sudah mempersiapkan kamera mereka untuk foto komodo sebaik mungkin.
Sampailah kami di dermaga Pulau Komodo (lihat disini). Setiap langkah yang aku ambil semakin mendekatkan aku pada hewan yang sudah terkenal di seluruh dunia itu. Kami disambut oleh rangger yang akan menemani kami berkeliling untuk melihat komodo. Di sepanjang jalan setapak, aku mulai merasa seperti sedang berjalan di dunia yang sangat berbeda. Tumbuhan-tumbuhan liar yang tumbuh bebas, suara-suara alam yang mengiringi langkah kami, dan udara panas yang terasa begitu menyengat—semuanya memberikan atmosfer yang unik.
Akhirnya, kami sampai di area tempat komodo biasanya berkeliaran. Mata aku langsung tertuju pada seekor komodo besar yang sedang berjalan santai di dekat pohon. Besar, tenang, dan seolah tak peduli dengan kehadiran kami. Aku langsung merasa terpesona. Ternyata, komodo yang selama ini hanya bisa dilihat di buku atau foto itu, kini ada di hadapanku, nyata, dan begitu megah.
“Lihat itu, kayak kadal raksasa!” teman-teman mulai berbisik sambil mengeluarkan kamera masing-masing.
Kami semua mengamati dengan penuh rasa ingin tahu. Ada yang memotret, ada yang hanya duduk diam, menikmati momen luar biasa ini. Rangkaian perjalanan ini benar-benar memberikan pengalaman yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.
Setelah puas melihat komodo, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan terakhir hari ini: Pantai Pink Beach. Nama pantai ini saja sudah cukup membuatku penasaran. Bagaimana bisa pasirnya berwarna pink? Sesampainya di sana, aku langsung terpesona. Pantai yang sepi ini memiliki pasir halus berwarna pink yang indah, berbaur dengan warna laut yang biru jernih. Sebuah surga tersembunyi yang seolah-olah hanya bisa ditemukan oleh orang-orang yang benar-benar mencarinya.
Kami semua langsung bergegas untuk ganti pakaian dan mempersiapkan peralatan snorkeling. Kamera GoPro sudah aku siapkan untuk merekam keindahan bawah laut. Pemandangan bawah laut di Pink Beach benar-benar luar biasa! Terumbu karang yang berwarna-warni, ikan-ikan kecil yang berenang riang, dan air yang sangat jernih, membuatku merasa seperti sedang berada di dunia yang sama sekali berbeda. Aku tak bisa berhenti tersenyum lebar saat melihat semua keindahan ini. Saking serunya, aku lupa waktu dan terus berenang tanpa rasa lelah.
![]() |
menikmati alam |
Namun, keseruan di Pink Beach harus segera dihentikan. Tiba-tiba saja, awan gelap datang dan cuaca berubah sangat cepat. Angin kencang mulai berhembus, dan setelah beberapa menit, hujan deras pun mulai turun. Kru kapal mengingatkan kami untuk segera kembali ke kapal karena cuaca yang semakin buruk. Ya, meski rasanya ingin berlama-lama di pantai ini, kami harus mengalah pada alam.
Kami semua kembali menuju kapal, basah kuyup karena hujan. Di tengah perjalanan kembali ke kapal, aku merasa agak canggung karena pakaian basah yang menempel di tubuh. Tapi, ya, namanya juga petualangan! Terkadang, cuaca yang buruk justru menambah keasyikan tersendiri. Kami bercanda sambil berjalan menuju kapal, saling memberi semangat agar tetap ceria meski dalam keadaan basah kuyup. Kami semua benar-benar menikmati momen itu meskipun hujan semakin deras.
![]() |
dengan komodo |
Akhirnya, kami kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan pulang menuju Labuan Bajo. Laut semakin bergejolak, dan kapal mulai bergoyang karena ombak yang cukup besar. Namun, meski hujan deras dan ombak yang kadang besar, kami semua tetap tertawa dan bercanda.
Sesampainya di pelabuhan Labuan Bajo, suasana agak mencekam karena cuaca buruk masih berlanjut. Tapi, aku merasa lega. Perjalanan hari ini memang penuh dengan tantangan, tapi itulah yang membuatnya tak terlupakan. Petualangan ini benar-benar membuatku merasa hidup. Setelah keluar dari kapal, aku langsung menuju pelabuhan untuk mencari informasi tentang kapal menuju Surabaya.
Di pelabuhan, aku mendapat kabar yang mengejutkan. Kapal yang tadinya dijadwalkan berangkat jam 8 malam ternyata baru berangkat sekitar jam 3 pagi! “Waduh, gimana nih?!” aku langsung bingung. Aku sudah check-out dari penginapan, dan sekarang harus nunggu semalaman di pelabuhan.
Ternyata, aku bukan satu-satunya yang merasa bingung. Banyak juga penumpang lain yang terkena dampak perubahan jadwal. Kami semua duduk bersama, ngobrol sambil menunggu kapal datang. Ada yang bercerita tentang petualangan mereka di tempat lain, ada juga yang hanya duduk diam, menikmati suasana pelabuhan yang tenang meskipun hujan masih turun. Kami tertawa bareng, menghibur diri meski keadaan agak kurang menyenangkan.
Waktu terus berjalan, dan kapal akhirnya datang sekitar jam 8 pagi, lebih dari 12 jam dari jadwal yang seharusnya. Rasanya, aku sudah mulai lelah banget. Tapi, ketika akhirnya kapal bersandar, aku merasa senang bisa melanjutkan perjalanan. Aku masuk ke kapal dengan motor, dan segera menuju bangsal penumpang untuk tidur. Perjalanan ini benar-benar memberi pelajaran bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai rencana. Terkadang, kamu hanya perlu mengikuti arus dan menikmati perjalanan itu.
Lihat Part Sebelumya :
0 komentar :
Posting Komentar