Setelah perut kenyang, aku melanjutkan perjalan menuju Diamond Beach (lihat
disini) dengan menyusuri jalanan yang halus dan menikmati hembusan angin laut yang menyegarkan disepanjang jalan di bagian timur Pulau Nusa Penida. Namun,setelan perjalanan dilanjutkan sampai parkiran Diamond Beach, diatas pelataran ini, dari sinilah tempat di mana aku harus menuruni ratusan anak tangga yang terjal. Aku menarik napas dalam-dalam, dan berkata pada diriku sendiri, "Apa pun yang datang, hadapi dengan senyuman." Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein: "Hidup ini seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, kamu harus terus bergerak."
Eksistensi dalam Setiap Langkah: Menantang Diri Sendiri
Ketika aku sampai di bawah, pemandangannya sungguh luar biasa. Laut biru yang tenang, dengan pasir putih yang bersih, menciptakan harmoni yang sempurna. Namun, saat saatnya untuk kembali ke atas, tantangan sesungguhnya dimulai. Tangga yang terjal dan bebatuan kapur memaksa aku untuk melangkah perlahan. Setelah beberapa kali berhenti untuk beristirahat, aku akhirnya mencapai puncak, merasakan rasa pencapaian yang luar biasa.
|
Turun kebawah |
"Dalam perjalanan hidup, ada kalanya kita harus menuruni jalan yang terjal untuk bisa menikmati pemandangan indah di puncaknya." – Unknown
Setelah menikmati pemandangan dari ketinggian, aku melanjutkan perjalanan menuju Atuh Beach (lihat disini) yang terletak tidak jauh dari Diamond Beach. Untuk sampai ke sana, aku harus turun lagi melewati anak tangga bebatuan yang cukup curam. Sesampainya di Atuh Beach, aku merasa seperti berada di tempat yang sangat jauh dari keramaian. Alam yang tenang, suara ombak yang berdebur, dan angin laut yang sejuk memberikan kedamaian yang begitu mendalam. Saat itu, aku teringat pada ayat Alkitab yang berkata, "Tuhan adalah tempat perlindunganku dan kekuatanku, pertolongan dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:1).
Namun, sejenak aku juga bisa menikmati sedikit humor dalam perjalanan ini. "Kenapa ya, tangga ini sepertinya lebih banyak daripada jumlah langkah yang kuambil? Apakah ini tanda-tanda dari alam bahwa aku harus lebih sabar?" pikirku, tertawa dalam hati.
Rumah Pohon Molenteng
Setelah beristirahat, aku melanjutkan perjalanan ke Rumah Pohon Molenteng, sebuah tempat yang cukup terkenal di Nusa Penida. Rumah pohon ini terletak di tepi tebing, memberikan pemandangan laut lepas yang spektakuler. Namun, untuk sampai ke sana, aku harus menuruni lagi ratusan anak tangga yang menantang. Di setiap langkahku, aku teringat akan kata-kata bijak dari Mahatma Gandhi: "Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah."
|
Dari Molenteng |
Meskipun melelahkan, pemandangan dari bawah benar-benar membuat semuanya terasa sebanding. Beberapa rumah pohon di sini menjadi spot foto yang sangat populer. Terpaksa harus bergantian dengan pengunjung lain, aku merasa seperti bagian dari suatu komunitas yang saling berbagi kebahagiaan melalui keindahan alam.
Setelah menikmati Rumah Pohon Molenteng dan laut lepas, aku melanjutkan perjalanan menuju Manta Cliff (lihat
disini). dengan kembali menaiki ratusan anak tangga yang terjal dan sinar matahari yang menyengat, saat-saat itulah momen yang menguras tenaga, emosi dan fikiran. jengan menaiki tangga satu persatu dan menjaga nafas agar tidak berhenti, sesekali aku beristirahat dan berfoto sambil menikmati laut lepas. kemudain dari area parkir motor aku melanjutkan perjlanan menuju Manta Cliff. Tempat ini dikenal dengan pemandangannya yang luar biasa dan merupakan lokasi yang sangat baik untuk melihat ikan manta yang berenang di lautan. Sayangnya, hari itu aku tidak beruntung melihat ikan manta, tetapi aku tetap menikmati pemandangan laut yang lepas.
|
Manta Cliff |
Manta Cliff sendiri merupakan sebuah tebing tinggi yang menawarkan pemandangan luas ke arah laut lepas. Di sinilah aku bisa merasakan betapa kecilnya diri ini dibandingkan dengan kekuatan alam yang begitu besar. menjadi sebuah catatan karena sedkitnya orang yang berkunjung ke tempat ini dikarenakan tempat ini masih kurang populer, dan akses jalan menuju lokasi ini sangat jelek, dibagian jalannya banyak jalan yang terkelupas dan berlubang.
Akhirnya, perjalanan hari ini selesai. Kaki memang pegal, namun kenyamanan penginapan Mertasari Bungalows (lihat disini) menyambutku dengan hangat. Kolam renang yang ada di sana benar-benar membantu untuk meregangkan otot-otot yang lelah setelah melewati ratusan tangga. Seperti kata-kata dari Confucius: "Perjalanan seribu mil lebih mudah jika kita menikmati setiap langkahnya."
Malam itu, aku merenung, mengingat setiap langkah dan pengalaman yang telah kulalui. Walaupun perjalanan ini melelahkan, namun setiap tantangan yang aku hadapi memberikan pelajaran dan pengalaman hidup yang tak ternilai.
Lihat Part Sebelumya :
Part I d
isini.
Part II
disini.
0 komentar :
Posting Komentar