Perjalanan ke timur VI

 Jejak Langkah di Sumba: Petualangan yang Dimulai dari Bali


Petualangan ke Sumba: Menyambut Keindahan Timur Indonesia

"Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah." – Lao Tzu

Hari ini adalah hari ke-7 perjalanan aku di Indonesia Timur, tapi hari ke-6 di Bali. Rasanya waktu berjalan sangat cepat, tapi aku tahu setiap langkah yang aku ambil membawa aku pada pengalaman yang tak akan terlupakan. Hari ini, aku akan memulai perjalanan baru ke Waingapu, Sumba. Penerbanganku dijadwalkan pukul 3 sore, jadi masih ada waktu banyak yang bisa aku habiskan di Bali.

Pagi itu, aku bangun dan merasakan segarnya udara Bali yang masuk lewat jendela kamar penginapan. Seperti biasa, aku mencari sarapan. Nasi jinggo, makanan khas Bali yang biasanya dijual oleh penjual keliling, jadi pilihan pertama. Seporsi nasi jinggo lengkap dengan sambal, ayam suwir, dan sate lilit sudah cukup untuk memulai hari.

Kadang kebahagiaan itu memang sederhana, seperti sarapan ini, meskipun sederhana tapi menu yang ditawarkan tidak membosankan” pikirku sambil menikmati nasi jinggo.

Karena penerbanganku masih lama, aku punya waktu luang yang cukup banyak. Penginapanku memang cukup jauh dari keramaian, tapi dekat dengan Pantai Kuta, jadi aku memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Pantai Kuta selalu ramai, penuh dengan kehidupan. Meskipun banyak orang, suasananya tetap tenang dan santai. Aku hanya duduk sejenak, menikmati ombak yang menghantam pantai.

Tapi lama-lama, rasa bosan mulai datang. Waktu yang masih panjang untuk keberangkatan membuat aku ingin melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan. Aku memutuskan untuk berjalan menuju pantai. Angin laut yang sejuk dan suasana santai membuat waktu terasa lebih cepat berlalu.

"Kadang, kamu harus menikmati setiap detik perjalanan, bukan hanya fokus pada tujuan," bisikku dalam hati.


Suasana Bandara
Sekitar pukul 12 siang, aku merasa sudah waktunya untuk check-out dan menuju bandara. Aku tak mau terburu-buru, jadi lebih baik datang lebih awal. Begitu sampai di bandara, antrian check-in cukup panjang. Aku menunggu dengan sabar. Sambil menunggu, aku berpikir tentang perjalanan yang sudah aku jalani dan yang akan datang.

Kesabaran adalah kunci dalam setiap perjalanan,” pikirku sambil menunggu giliran.

Akhirnya, pesawat Wings Air yang membawa aku menuju Waingapu lepas landas tepat pukul 15.00. Begitu pesawat terbang meninggalkan Bali, rasa antusiasme semakin meningkat. Aku tahu perjalanan baru ini akan penuh petualangan dan cerita baru.

Setibanya di Bandara Waingapu, aku langsung merasa suasananya berbeda. Bandara kecil dan sederhana ini justru memberikan rasa nyaman. Setelah mengambil bagasi, aku melanjutkan perjalanan dengan ojek menuju Toko Semar (lihat disini), tempat aku akan bertemu dengan Koh Sinyo.

Ojek ke Toko Semar, Kakak?” tanyaku pada pengemudi ojek yang sedang menunggu.

Ya, Om, saya tahu tempat itu. Toko Semar memang terkenal di sini,” jawab pengemudi ojek.

Tak lama, aku sampai di Toko Semar. Di sinilah aku bertemu dengan Koh Sinyo, pemilik toko yang sangat ramah. Beliau sudah seperti teman lama, meskipun baru kali ini aku bertemu. Aku menyerahkan motor Kawasaki Ninja ZR250 yang sudah lebih dari setahun aku titipkan di sini.

Terima kasih sudah merawat motor ku dengan baik, Koh Sinyo,” ucapku.

Motor Om aman di sini, tak perlu khawatir,” jawab Koh Sinyo dengan senyum lebar.

Koh Sinyo bercerita bahwa toko ini sudah dikenal lama oleh warga Waingapu. Tidak hanya sebagai tempat membeli kebutuhan sehari-hari, tetapi juga sebagai tempat bertemu dan berbagi cerita. Banyak orang yang datang hanya untuk berbincang, bertukar kabar, atau sekadar nongkrong. Aku merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan sosok seperti Koh Sinyo yang sangat peduli terhadap orang-orang di sekitarnya.

Toko Semar

Setiap orang yang datang ke sini pasti merasa diterima. Toko Semar ini bukan hanya toko, tapi juga rumah kedua bagi banyak orang,” kata Koh Sinyo sambil tertawa.

Setelah berbincang panjang lebar, aku melanjutkan pencarian penginapan. Hari sudah mulai sore, dan aku merasa perlu beristirahat setelah perjalanan panjang. Aku mencoba beberapa penginapan yang direkomendasikan Koh Sinyo, tetapi semuanya sudah penuh. Akhirnya, aku menemukan Hotel Sandelwood (lihat disini), penginapan sederhana tapi cukup nyaman.

Kadang, kebahagiaan itu datang dalam bentuk yang sederhana, tapi aku harus bergegas mandi untuk menyegarkan badanku ini” pikirku sambil berbaring di kasur yang nyaman.

Tidak lama setelah check-in, aku menerima pesan dari Koh Sinyo lewat WhatsApp. “Om, sudah dapat penginapan? Mau kemana malam ini?” tanya beliau.

Sudah dapat, Koh. Terima kasih banyak. Malam ini mau jalan-jalan sebentar di sekitar sini,” balasku.

Setelah itu, saya memutuskan untuk mengeksplorasi sekitar penginapan. Tak jauh dari hotel, ada Pasar Inpres Matawai yang ramai di malam hari. Suasana pasar ini sangat berbeda dengan pasar di tempat lain. Di sini, saya melihat pedagang yang dengan penuh semangat menawarkan ikan segar hasil tangkapan mereka. Pasar ini bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga tempat berkumpulnya warga, tempat mereka berbincang, dan tempat berbagi cerita.

Ini baru suasana yang aku cari. Pasar ini punya banyak cerita, banyak aktivitas yang menarik” pikirku sambil berjalan di antara kerumunan.

Sandlewood 

Aku berhenti di salah satu warung yang menjual ayam goreng dan sebungkus nasi. Wangi ayam goreng yang harum langsung membuat saya lapar. Makanan sederhana, tapi rasanya sangat nikmat. “Sederhana, tapi nikmat. Itu yang aku butuhkan malam ini, harga yang cukup buat kantongku” pikirku sambil menikmati ayam goreng dan seporsi nasi yang baru saja kubeli. Setelah makan, aku berjalan-jalan sebentar lagi di sekitar pasar, menikmati keramaian dan kehangatan suasana

Di pasar, aku bertemu dengan banyak orang yang saling menyapa dan bercakap-cakap. Ada yang mencari ikan segar untuk makan malam, ada yang mencari bahan-bahan untuk keperluan sehari-hari. Ada pula yang hanya sekadar bertemu teman lama. “Inilah kehidupan masyarakat Sumba yang sebenarnya,” pikirku, merasa begitu dekat dengan budaya dan tradisi lokal.

Setelah berkeliling, aku menuju supermarket terdekat untuk membeli beberapa botol air mineral dan cemilan untuk persediaan di penginapan. Malam pun semakin larut, dan aku memutuskan untuk kembali ke hotel. Setelah makan dan membeli barang-barang, aku merasa puas dengan petualangan hari itu.

Setelah makan makanan sederhana dan berkeliling dipasar, aku kembali ke penginapan dan beristirahat. Hari yang panjang ini membuat tubuhku lelah, tapi hatiku puas. Petualangan hari ini sudah berakhir, tetapi perjalanan di Sumba baru saja dimulai.

"Perjalanan ini adalah hadiah, jadi nikmatilah setiap langkah yang membawamu ke tujuan,dengan selangkah demi selangkah. jangan takut" pikirku sambil menutup mata.

Lihat Part Sebelumya :

Part I disini.
Part II disini.
Part III disini
Part IV disini
Part V disini
Part VI disini

0 komentar :

Posting Komentar