Klenteng Tay Kak Sie

Tay Kak Sie, Klenteng Tertua di Semarang

Gang Lombok

Bagi anda yang berdomisisli, pernah berkunjung maupun yang pernah tinggal di Semarang nama Jalan Gang Lombok bukan lah suatu tempat yang asing bagi anda. apalagi di daerah ini sangat terkenal dengan Lumpia Gang Lombok yang sudah Melegenda dan tidak asing di telingga para penikmat kuliner. tetapi ada satu lagi yang tidak boleh anda lewatkan saat berkunjung ke daerah ini. 

Selain wisata kuliner di daerah ini menyuguhkan wisata sejarah perkembangan kota Semarang, dan di Gang Lombok ini ada sebuah Klenteng Tertua di kota Semarang. Kelenteng Tay Kak Sie merupakan sebuah kelenteng tua yang didirikan pada tahun 1746. Kelenteng ini berada di Jalan Gang Lombok No 62 Pecinan Semarang. Klenteng ini menjadi salah satu obyek wisata religi di Kota Semarang. Pada awalnya, Klenteng Tay Kak Sie digunakan untuk memuja Yang Mulia Dewi Welas Asih Koan Sie Im Po Sat. Tapi seiring waktu, klenteng terbesar dan terlengkap di Semarang ini berkembang menjadi tempat pemujaan berbagai Dewa Dewi dari aliran Tao maupun Konfusianisme. Pada bangunan yang berdiri sejak tahun 1746 ini, tertulis nama Tay Kak Sie tepat di pintu masuknya. Pada pintu masuk tersebut, terdapat penjelasan sejarah penamaan klenteng yang berarti Kuil Kesadaran Agung ini oleh Kaisar Dao Guang (1821-1850) dari Dinasti Qing.

Sejarah Awal Mula


Selama berabad - abad sejak tiba di Semarang, masyarakat tionghoa mulanya bermukim di daerah Mangkang, nama yang aslinya berasal dari kata Wakang Tjoen atau perahu layar besar. Kejadian pemberontakan orang - orang tionghoa di Batavia terhadap pemerintah kolonial Belanda yang ditakutkan merembet ke Semarang membuat pemerintah Hindia Belanda melokalisir orang - orang tionghoa ke tempat yang mudah mereka pantau disekitar Kali Semarang, tempat yang sekarang dikenal sebagai Pecinan Semarang

Sejak dilokalisir di sekitar Kali Semarang, masyarakat tionghoa yang akan mengadakan upacara sembahyang harus bersusah payah pergi ke klenteng Gedung Batu, Simongan baik untuk sembahyang sehari-hari maupun untuk memperingati kedatangan Laksamana Cheng Ho yang sangat dihormati itu.

Pada masa itu, jarak yang harus ditempuh untuk mencapai bukit Simongan dari wilayah pemukian masyarakat Tionghoa disepanjang Kali Semarang termasuk sangat jauh, mengingat kondisi kota Semarang waktu itu yang masih berpusat di wilayah kota lama sekarang, juga karena kondisi keamanan yang selalu menjadi penghambat bagi masyarakat yang ingin bersembahyang di klenteng tertua di Semarang tersebut, kemudian mendorong mereka untuk mendirikan tempat ibadah di dekat tempat tinggalnya.

Diprakarsai oleh seorang saudagar bernama Khouw Ping (Xu Peng), pada tahun 1724 didirikanlah sebuah rumah pemujaan yang kemudian diberi nama Kwan Im Ting. Lokasinya terletak disamping sebuah kolam kecil, ditengah rerimbunan pohon asam dan agak terpencil dari pemukiman.

Kali Koping


Karena dengan keberadaan klenteng Tay Kak Sie diatas kebun lombok, akhirnya membuat klenteng tersebut juga dikenal sebagai klenteng Gang Lombok. Keberadaannya benar-benar membuat suasana disekitarnya menjadi hidup dan ramai. Kali Semarang yang kala itu masih lebar dan dalam dapat dilalui oleh perahu dan tongkang, hilir mudik dari laut hingga kedalam kota, membuat perdagangan disitu menjadi semakin ramai dan maju.

Dan area kapal- kapal itu melakukan kegiatan membongkar muatan jaraknya tidak jauh dari klenteng Tay Kak Sie.Sebagian besar gudang disitu adalah milik Khouw Ping, sehingga lambat laun tempat itu dikenal penduduk sekitar sebagai "sungainya Khouw Ping" atau dalam logat Semarangan menjadi "kalinya Khauw Ping".Lidah orang sekitar menyederhanakannya menjadi Kali Koping.

Arsitektur

Dilihat dari segi arsitektur, Klenteng Tay Kak Sie merupakan klenteng yang bagus, baik dari segi ornamen maupun hiasan-hiasannya. konstruksi gaya Tiongkok terlihat jelas pada bagian tiang penahan bangunan yang terbuat dari kayu berbentuk segitiga. Sistem penahan bingkai berbentuk segitiga tersebut atau dalam bahasa Mandarin disebut "dou-gong" ini difungsikan untuk menahan kasa-kasa bagian atap depan, mirip bangunan klenteng di abad 19.


Seperti klenteng pada umumnya, Klenteng Tay Kak Sie juga kaya akan ornamen dan simbol-simbol yang berhubungan dengan kepercayaan aliran Budha, Tao, dan Konfusianisme. diatap klenteng berhiaskan sepasang naga sedang memperebutkan matahari. Naga dalam mitologi Tionghoa merupakan binatang yang melambangkan keadilan, kekuatan, dan penjaga barang-barang suci. Sepasang naga di atap tersebut merupakan simbol penjaga klenteng dari pengaruh jahat.


Saat kita hendak memasuki bangunan dari klenteng kita akan melihat beberapa altar yang bertujuan untuk umat yang hendak melakukan pumujaan kepada dewa-dewi sesuai dengan patung yang bersemayam. dan kalau kita lihat, tampaknya patung-patung ini seperti kelihatan hidup dan seperti manusia asli. apalagi kalau anda melihat patung dewa yang sedang memancing di kolam namun tanpa kail pancing diujungnya sehingga tidak akan melukai ikan yang mendekatinya.


Dan seperti didalam pembahasan sebelumya, klenteng ini merupakan Klenteng Tridharma. Selain untuk tempat Ibadah Umat Buddha, ada juga Umat Tao maupun Kong Hu Cu melakukan ibadah dan ritual pemujaan disini. 
Bagi anda yang hendak mengunjungi Klenteng ini, para pengurus dan penjaga Klenteng dengan Senang hati menyambut anda dan memberikan informasi yang banyak tentang seluk beluk klenteng tersebut dan sejarahnya.

Kordinat Lokasi :

6°58'26.9"S 110°25'40.4"E


0 komentar :

Posting Komentar