Candi Borobudur



Candi Borobudur, Sisa Kejayaan dan Keagungan Masa Lampau

Banyak hal yang bisa di bahas saat membicarkan Candi Borobudur, karena Candi terbesar dan termegah di Dunia ini sudah sering terdengar di telinga banyak wisatawan terutama wisatawan domestik, mungkin hampir seluruh warga Indonesia mengenal Candi yang di bangun sekitar tahun 800 sampai 900, atau akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 yang berasal dari prasati Karangtengah dan Kahulunan. siapa yang menyangka pada jaman dahulu dengan teknologi yang seadanya peradaban itu justru dapat membangun sebuah bangunan yang tampak gagah dan megah yang sampai sekarang dapat dinikmati oleh banyak orang.

Candi Borobudur yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. karena pada periode di terkenal dengan abad ke-emasan Wangsa Syailendra yang tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu.


Candi Borobudur
Candi Borobudur

Banyak teori yang menjelaskan tentang penyebutan dan penamaan Candi Borobudur ini, salah satunya adalah penaman Borobudur menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. 

Candi Borobudur
Candi Borobudur di puncak bukit kecil

selain itu Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha. Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha.


Candi Borobudur
Candi Buddha
Menurut Sejarawan J.G. de Casparis berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani berkuasa, lamanya pembangunan candi yang di Arsiteki oleh Gunadharma ini diperkirakan memakan waktu setengah abad.

Candi Borobudur
Candi megah di Indonesia

Masih dalam prasasti karangtengah pula disebutkan, bahwa daerah Candi Borobudur ini merpakan sebuah penganugerahan tanah sima, yang merupan tanah yang bebas pajak oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. sehingga Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur


Candi Borobudur
Patung Buddha Candi Borobudur

Bangunan

Candi Borobudur yang dirancang (di arsiteki) oleh Gunadharma, terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Candi Borobudur
Posisi Mudra

Secara Dimensi Lebar bangunan Candi Borobudur 123 Meter, Panjang bangunan Candi Borobudur 123 Meter Pada sudut yang membelok 113 Meter Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 Meter. bangunan Candi Borobudur ini dibangun dengan menggunakan Batuan Andhesit dengan sistem saling mengunci (interlock) dalam konstruksi bangunan dan lantai pada Candi Borobudur ini. batuan andhesit untuk bangunan candi ini berasal dari Sungai Elo dan Sungai Progo yang diukir dan dirakit menjadi kepingan (puzzle) raksasa yang menutupi bukit kecil untuk dari Candi Borobudur.

Candi Borobudur
Batuan Andesit yg membentuk Candi Megah

Batuan andhesit yang digunakan untuk pembangunan Candi Borobudur ini sebanyak 55.000 M3,Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya. sebanyak 2 juta blok batu disusun yang membentuk Candi Borobudur. Candi ini memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa. 

Candi Borobudur
Stupa

Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha yeng terukir pada dinding Candi Borobudur ini. Untuk mengikuti aliran cerita diukir di dinding candi, pengunjung harus berjalan searah jarum jam di sekitar candi, dikenal dengan istilah pradaksina. Hal ini masuk melalui pintu masuk timur, berjalan searah jarum jam ke posisi di mana candi selalu di sisi kanan, sampai mencapai kaki tangga timur dan meningkatkan ke tingkat berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai semua tingkat lulus dan mencapai di atas candi membentuk stupa utama.


Candi Borobudur
Lorong Pada candi Borobudur

Nilai Filosofis Borobudur

Relief yang diukir di dinding candi dibagi menjadi empat cerita utama, yaitu kisah Karnawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awadana, dan Gandawyuda. 

  • KARMAWIBHANGGA

Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan

Candi Borobudur
Arca Candi Borobudur

  • LALITAWISTARA

Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

Candi Borobudur
Arca Candi Borobudur

  • JATAKA DAN AWADANA

Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. 

Candi Borobudur
Arca Candi Borobudur
  • GANDAWYUHA

Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.


Candi Borobudur
Arca Candi Borobudur

Selain menceritakan tentang perjalanan hidup Buddha dan ajaran-ajarannya, relief alos mencatat peningkatan masyarakat Jawa yang unggul dan kuat, dan itu dapat dilihat pada 10 relief kapal yang ada. 

Candi Borobudur
Arca Candi Borobudur
Borobudur tidak hanya memiliki nilai seni yang sangat tinggi, sebuah karya besar sebagai bukti peradaban manusia di masa lalu juga sarat dengan nilai-nilai filosofis. Meningkatkan konsep Mandala yang melambangkan kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu dunia keinginan atau nafsu (Kamadhatu), dunia bentuk (Rupadhatu) dan dunia tanpa bentuk ( Arupadhatu).

Candi Borobudur
Arca nilai filosofis
kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". pada bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Candi Borobudur
Bagian Kamadhatu

Empat lantai (yang lantainya berbentuk persegi) dengan dinding berelief di atasnya dinamakan Rupadhatu. secara garis besar Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.  pada tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas selasar.

Candi Borobudur
Bagian Rupadhatu
Pada lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief (Denah lantai berbentuk lingkaran).tingkatan ini dinamakan Arupadhatu yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud. tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. 


Candi Borobudur
Buddha dalam stupa
Pada tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. 

Candi Borobudur
Stupa utama

Patung Budha dan Stupa

Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. barisan pagar langkan pertama (lantai pertama) terdiri dari 104 relung dan patung Buddha,  pada baris kedua (lantai kedua) terdapat 104 relung dan patung Buddha, Lantai ketiga terdapat 88 relung patung Buddha, lantai keempat 72 relung patung Buddha, dan baris kelima 64 patung Buddha. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berlubang. pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa. sehingga total keseluruhan dari patung Budhha di Candi Borobudur berjumlah 504 patung.
Candi Borobudur
Stupa berlubang

Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. terdapat lima golongan mudra, kelima mudra itu adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra. yang berarti arah Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana. 


Candi Borobudur
Patung Buddha posisi mudra

Pada Candi Borobudur terdapat banyak stupa yang terbagi dalam beberapa kelompok yaitu Stupa induk, Stupa berlubang dan Stupa Kecil. Stupa induk merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur,Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling atas garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga trletak di garis Harmika

Candi Borobudur
Stupa Induk
Masing-masing Patung Buddha pada bagian Arupadhatu memiliki stupa , meski ada juga beberapa patung Buddha yang tidak memiliki stupa, karena di pengaruhi oleh kerusakan yang terjadi sebelumnya.dan stupa yang menutupi patung Buddha tersebut berlubang.Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu, pada Teras I terdapat 32 Stupa, Teras II terdapat 24 Stupa, Teras III terdapat 16 Stupa.

Candi Borobudur
Stupa Berlubang
Sedangkan Stupa kecil memiliki bentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.
Candi Borobudur
Stupa Kecil
Selain Borobudur, terdapat beberapa candi Buddha di sekitar kawasan ini. Pada masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-20 ditemukan candi Buddha lainnya yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang terbujur membentang dalam satu garis lurus. Ketiga candi ini (Borobudur-Pawon-Mendut) memiliki kemiripan langgam arsitektur dan ragam hiasnya dan memang berasal dari periode yang sama yang memperkuat dugaan adanya keterkaitan ritual antar ketiga candi ini. 

Candi Borobudur
Ketiga Candi yang membentuk garis lurus

Akses dan Akomodasi

Untuk akses menuju Candi Borobudur sangatlah mudah,baik untuk pengendara kendaraan pribadi maupun memakai jasa kendaraan umum. kalau anda dari kota Yogyakarta anda dapat naik Trans Jogja jalur 2A menuju ke terminal Jombor. Turun dari halte Jombor anda dapat naik bis jurusan Jombor - Borobudur. bagi pengunjung menggunakan kendaraan pribadi dapat langsung mengendarai kendaraan menuju daerah magelang, setelah melewati kota Muntilan akan ada pertigaan menuju Borobudur, di pertigaan tersebut ambil jalan menuju jalan Mayor Kusen (Jalan Raya Borobudur). jalan tersebut akan membawa anda tepat menuju Candi Borobudur.
Candi Borobudur
Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan Destinasi Wisata yang sudah terkenal sampai manca negara, dan akmodasi yang ada di Candi Borobudur sangatlah lengkap. untuk memasuki Kawasan Candi akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 30.000, untuk anda yang tidak kuat berjalan menuju Candi disediakan kereta Gandeng yang siap membawa anda menuju Candi.
untuk Sarana pendukung seperti Makan, minum, maupun souvenir telah tersedia kios-kios yang di jajakan oleh warga sekitar, dan kios tersebut akan dilewati wisatawan yang akan keluar dari candi Borobudur

Candi Borobudur
Candi Borobudur

Kordinat Lokasi :


7°36'28.3"S 110°12'13.7"E

Lihat Foto lebih banyak disini.


2 komentar :

Raditya Nugraha mengatakan...

...menakjubkan..thank you for sir Raffles..

Raditya Nugraha mengatakan...

...menakjubkan..thank you for sir Raffles..

Posting Komentar