TN Baluran

Perjalanan Seru di Baluran: Dari Padang Savana hingga Sunset Pantai Bama


Setelah menyelesaikan pendakian di Gunung Ijen, aku, Dika, Topan, Ardi, dan Rio—merasa lelah tapi puas. Keindahan kawah biru dan api belerang yang menggelegak di Ijen benar-benar membuat kami terkesan (cerita sebelumnya dapat dilihat disini). Namun, seperti biasa, rasa lelah kami tidak berlangsung lama. Kami tahu petualangan kami belum selesai. Masih ada banyak tempat menakjubkan yang harus kami jelajahi. Jadi, setelah beristirahat sejenak dan merawat luka kecil yang dialami Topan dan Dika karena terjatuh dari motor tadi pagi, kami kembali melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul 14:00, kami mulai melaju menuju Taman Nasional Baluran di Situbondo, tujuan berikutnya yang sudah lama kami impikan untuk dikunjungi. Kami masih cukup energik, meskipun beberapa dari kami mulai merasakan kelelahan setelah pendakian. Perjalanan dari Ijen menuju Baluran memang memakan waktu beberapa jam, tetapi perjalanan ini justru memberikan kesempatan untuk menikmati pemandangan alam yang luar biasa.

Savana Baluran

Sebelum sampai ke tujuan utama, kami berhenti sejenak , disebuah tempat makan di jalur utama Banyuwangi. Kami duduk di teras warung sederhana yang menghadap ke laut. Rasa lapar kami pun terobati dengan hidangan khas yang sederhana namun nikmat: nasi goreng, mie goreng, dan tentu saja, es teh manis yang sejuk. Sambil makan, kami bercanda dan tertawa. Topan dan Dika masih belum sepenuhnya pulih dari kejadian pagi, tetapi mereka berusaha tegar, dan kami semua mendukung mereka untuk melanjutkan perjalanan.
"Jangan terlalu dipikirin, ini kan petualangan, ada risikonya," kata Ardi sambil menepuk punggung Topan yang terlihat sedikit kesakitan berkata "bukan soal sakitnya, tapi bagaimana nanti ngomongnya ke mas Rahmad, motor lecet-lecet gini melebihi lecet di badan ku". Kami semua tertawa, merasa semakin dekat satu sama lain.

Savana Bekol

Setelah makan dan beristirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Taman Nasional Baluran. Beberapa jam kemudian, kami tiba di pos pintu masuk Baluran. Di sana, kami berhenti sejenak untuk registrasi dan tentu saja, berfoto. Papan nama Taman Nasional Baluran berdiri kokoh di depan kami, dan tanpa ragu, Ardi segera mengarahkan kami untuk berpose. Topan dan Dika meskipun sedikit kesulitan, tetap tersenyum lebar.

“Ini kan sudah masuk Baluran, jadi kita harus kelihatan bahagia!” ujar Ardi sambil menggoda, membuat suasana semakin ceria. Kami semua tertawa, menikmati momen kebersamaan ini.

Jalan Berbatu Menuju Padang Savana Bekol

Setelah registrasi, kami melanjutkan perjalanan melalui jalan berbatu menuju Padang Savana Bekol. Jalan yang berlubang dan berbatu memang memacu adrenalin, tetapi keindahan pemandangan sepanjang jalan sangat memuaskan. Semakin dekat dengan savana, kami bisa merasakan udara yang lebih sejuk, dan pemandangan terbuka yang mulai menghadap ke padang rumput hijau yang luas.

Jalan berbatu

Kami tiba di padang savana yang luas, dengan pohon-pohon besar yang tumbuh sporadis di beberapa titik. Di sini, kami berhenti sejenak untuk berfoto di bawah pohon ikonik yang sering dijadikan tempat foto prewedding. Kami semua berpose dengan gaya yang berbeda-beda—Topan dan Dika tetap semangat meski masih merasa sedikit sakit. Kami saling bercanda, berusaha mengubah momen itu menjadi kenangan yang menyenangkan.

Pohon yang jadi icon

Kami melanjutkan perjalanan ke sekitar area yang terdapat tulang belulang rusa dan banteng yang dipajang di pos. Di sini kami juga berfoto, membuat variasi pose yang semakin lucu dan konyol. Ada rasa bangga bisa berada di tempat yang begitu eksotis, yang seolah menyatukan alam liar dengan sejarahnya.

Pantai Bama dan Sunset yang Mengagumkan

Setelah puas berkeliling di savana, perjalanan kami berlanjut menuju Pantai Bama. Begitu tiba, kami langsung disambut dengan pemandangan laut yang memukau. Angin laut yang sepoi-sepoi dan ombak yang tenang membuat suasana semakin damai. Kami duduk di atas batu besar, menikmati keindahan pantai yang begitu memikat. Di sini, kami meluangkan waktu untuk bermain air, berjalan-jalan di tepi pantai, dan berkeliling sambil menikmati suasana yang begitu tenang.

Memakain topeng

Ardi, yang biasanya sangat enerjik, tiba-tiba duduk diam di atas batu besar, menatap matahari yang mulai merunduk di balik cakrawala. “Kadang-kadang kita butuh perjalanan seperti ini untuk menemukan ketenangan,” kata Ardi dengan nada yang tenang, matanya masih terfokus pada pemandangan yang semakin memukau. Kami semua terdiam sejenak, merenung. Semua yang kami alami hari itu—dari tantangan perjalanan yang berat, luka kecil yang dialami Topan dan Dika, hingga pemandangan alam yang menakjubkan—membuat kami lebih menghargai setiap detik kebersamaan ini.

menikmati pantai bama

Sunset itu benar-benar sempurna. Cahaya oranye keemasan yang terpantul di permukaan laut memberikan kesan magis, seolah dunia ini berhenti sejenak. Kami berfoto bersama, mencoba menangkap keindahan yang tak akan bisa kami ungkapkan dengan kata-kata.

Perjalanan yang Berakhir Tapi Tak Terlupakan

Perjalanan kami kembali ke Banyuwangi dimulai saat matahari mulai tenggelam. Kami harus menyusuri jalan berbatu dan berlubang, melewati hutan Baluran yang semakin gelap. Meskipun lelah, kami semua masih semangat, berbicara tentang segala hal sambil mengendarai motor. Jalanan yang berbatu dan tak ada yang jalan yang mulus, serta suasana hutan yang semakin sunyi, memberi kami sedikit rasa takut, tetapi juga rasa petualangan yang mendalam.

Bebatuan dipantai Bama

Di tengah perjalanan, kami sempat terhenti di satu titik ketika kami mendengar suara langkah kaki besar di semak-semak. Dika, yang sedang mengendarai motor, langsung menoleh, menatap kami dengan wajah cemas. Kami semua diam sejenak, khawatir ada hewan liar yang mendekat, tetapi setelah beberapa saat, suara itu hilang. "Jangan terlalu mikirin, pasti cuma monyet atau kijang," Ardi menenangkan kami dengan tertawa. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan, meskipun sedikit waspada.

Pantai Bama

Akhirnya, setelah perjalanan panjang dan penuh tantangan, kami tiba di Banyuwangi. Meskipun lelah, hati kami dipenuhi kebahagiaan. Setiap tawa, setiap perjuangan, dan setiap momen yang kami alami kini menjadi kenangan tak terlupakan. Kami duduk bersama di warung kopi kecil, sambil merencanakan petualangan berikutnya.
“Perjalanan ini tidak hanya tentang tempat-tempat yang kami kunjungi, tetapi juga tentang bagaimana kami saling mendukung, tertawa bersama, dan menikmati kebersamaan ini,” kata Ardi sambil menyeruput kopi panas. Kami semua setuju. Kawah Ijen dan Baluran akan selalu menjadi kenangan indah dalam hidup kami—kenangan yang lebih berharga daripada pemandangan indah yang kami nikmati.
taman nasional baluran savana bekol

"Ini bukan akhir, kan?" Topan bertanya dengan penuh semangat. "Kita harus rencanakan perjalanan lagi, yang lebih seru!"
"Baiklah... Bagaimana kalau besok kita menyebrang ke Bali!!!" kata Dika.
Kami pun tertawa bersama, merencanakan petualangan berikutnya.

-lanjut di part selanjutnya disini-



0 komentar :

Posting Komentar