Mempelajari misteri dari Mitologi Hindu pada Candi Kidal
Dalam Setiap Agama banyak memiliki kisah dan cerita legenda tentang tokoh dalam Agamanya, seperti kisah mitologi dewa-dewa Yunani, kisah Buddha, kisah Mitologi hindu dan lain sebaginya. dalam sebuah candi yang kita temui di daerah jawa banyak terdapat pahatan relief pada tubuh candi yang merupan sebuah dharma, kisah hidup maupun mitologi, contonya kisah perjalanan manusia pada Candi borobudur. kisah dharma pada candi mendut dan kisah mitologi Garudheya pada Candi kidal dan sebagainya.kisah-kisah ini terpahat rapi dan masih dapat dinikmati oleh wisatawan dan sampai sekarang masih eksis dalam sebagai media penyebaran dan pengajaran untuk semua umat.
Kisah-kisah mitologi ini apabila masuk dalam sebuah lingkup budaya akan mengalami sebuah inkulturasi, perpaduan ini sangat kental dalam jaman kerajaan-kerajaan di nusantara ini.
Candi Kidal |
Dalam kesusastraan Jawa kuno, terdapat mitos yang terkenal di kalangan masrakat, yaitu mitos Garudheya, seekor garuda yang berhasil membebaskan ibunya dari perbudakan dengan tebusan air suci amerta (air kehidupan).Pada bagian kaki candi terpahatkan 3 buah relief indah yang menggambarkan cerita legenda Garudeya (Garuda) Konon relief mitos Garudheya dibuat untuk memenuhi amanat Anusapati yang ingin meruwat Ken Dedes, ibunda yang sangat dicintainya. Mitos Garudheya tertuang secara lengkap dalam relief di seputar kaki candi. Untuk membacanya digunakan teknik prasawiya (berlawanan dengan arah jarum jam).Relief Garuda dipahatkan pada pilaster ditiap sisi kaki candi tepat pada sumbu ketiga sisi kaki candi penggambaran relief adalah sebagai berikut:
Pada sisi utara, Garuda digambarkan dengan sikap badan jongkok kaki kanan ditekuk dengan lutut menumpu pada landasan. tangan kanan diangkat ke atas dengan sikap menyangga suatu benda yang bulat. Diatas kepala garuda duduk seorang manusia diatas padma kaki kiri wanita tersebut dalam sikap bersila, kaki kanan nya menggantung ke bawah disangga oleh tangan kanan garuda. disampingnya terukir tiga ekor naga
Pada sisi timur, Garuda digambarkan dalam sikap yang sama seperti sisi utara tangan kanan memegang seberkas ikatan yang ditafsirkan sebagai seikat kuca rumput. Di atas kepala Garuda terdapat guci Amerta (kamandalu)
Pada sisi selatan, garuda masih digambarkan dalam sikap yang sama, diatas kepalanya ada tiga ekor naga. Naga-naga tersebut ada diatas Padma. Ekor naga yang tengah menggantung ke bawah disangga oleh tangan Garuda.
Mitos Garudheya
Mitos Garudheya hidup di kalangan masyarakat Jawa kuno, khususnya yang mendapat pengaruh Hinduisme. Mitos ini mengisahkan perjuangan seorang anak untuk membebaskan ibunya dari penderitaan.
Alkisah di sebuah pertapaan, tinggal seorang resi bernama Resi Kasyapa dengan dua orang istrinya, Dewi Winata dan Dewi Kadru. Walaupun kedua istri sang resi tersebut bersaudara kandung, namun di antara keduanya terjadi persaingan keras untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari suaminya. Oleh karena itu, keduanya merasa gelisah ketika mereka tak juga dikaruniai putra.
Kadru mempunyai anak angkat 3 ekor ular dan Winata memiliki anak angkat Garuda. Kadru yang pemalas merasa bosan dan lelah harus mengurusi 3 anak angkatnya yang nakal-nakal karena sering menghilang di antara semak-semak. Timbullah niat jahat Kadru untuk menyerahkan tugas ini kepada Winata. Diajaklah Winata bertaruh pada ekor kuda putih Uraiswara yang sering melewati rumah mereka dan yang kalah harus menurut segala perintah pemenang. Dengan tipu daya, akhirnya Kadru berhasil menjadi pemenang. Sejak saat itu Winata diperintahkan melayani segala keperluan Kadru serta mengasuh ketiga ular anaknya setiap hari. Winata selanjutnya meminta pertolongan Garuda untuk membantu tugas-tugas tersebut. (relief pertama).
Ketika Garuda tumbuh besar, dia bertanya kepada ibunya mengapa dia dan ibunya harus menjaga 3 saudara angkatnya sedangkan bibinya tidak. Setelah diceritakan tentang pertaruhan kuda Uraiswara, maka Garuda mengerti. Suatu hari ditanyakanlah kepada 3 ekor ular tersebut bagaimana caranya supaya ibunya dapat terbebas dari perbudakan ini. Dijawab oleh ular "bawakanlah aku air suci amerta yang disimpan di kahyangan serta dijaga para dewa, dan berasal dari lautan susu". Garuda menyanggupi dan segera mohon izin ibunya untuk berangkat ke kahyangan. Tentu saja para dewa tidak menyetujui keinginan Garuda sehingga terjadilah perkelahian.
Namun berkat kesaktian Garuda para dewa dapat dikalahkan. Melihat kekacauan ini Bathara Wisnu turun tangan dan Garuda akhirnya dapat dikalahkan. Setelah mendengar cerita Garuda tentang tujuannya mendapatkan amerta, maka Wisnu memperbolehkan Garuda meminjam amerta untuk membebaskan ibunya dan dengan syarat Garuda juga harus mau menjadi tungganggannya. Garuda menyetujuinya. Sejak saat itu pula Garuda menjadi tunggangan Bathara Wisnu seperti nampak pada patung-patung Wisnu yang umumnya duduk di atas Garuda. Garuda turun kembali ke bumi dengan amerta. (relief kedua).
Dengan bekal air suci amerta inilah akhirnya Garuda dapat membebaskan ibunya dari perbudakan atas Kadru. Hal ini digambarkan pada relief ketiga dimana Garuda dengan gagah perkasa menggendong ibunya dan bebas dari perbudakan. (relief ketiga)
Kordinat Lokasi
8°01'32.9"S 112°42'31.6"E
0 komentar :
Posting Komentar