Belajar menjadi seorang pendengar yang baik
Kebiasaan “Mendengarkan” akhir-akhir ini ternyata semakin sulit. Kita semua, tanpa kecuali, punya kesulitan dalam “Mendengarkan”. Orang cenderung makin sibuk dengan pikiran, pandangan dan kepentingan sendiri, lupa memberi perhatian pada orang lain. Para pemimpin dan wakil rakyat sering mendapat kiriman “korek kuping” dari para demonstran mahasiswa, untuk mengingatkan agar mereka belajar mendengarkan suara rakyat, bukan cuma sibuk mendengar suara sendiri. Dalam Gereja, Mesjid, Sekolah, Karang Taruna ataupun perkumpulan anak muda lainnya, suara orang muda sering dianggap angin lalu, diremehkan. Seseorang butuh didengarkan! Dalam kelompok apalagi komunitas, Kelompok kepemudaan lebih membutuhkan seorang sahabat yang siap mendengarkan daripada ‘pembina’ yang serbatahu.
Alm. Rm. Mangunwijaya pernah menyindir program Latihan Kependampingan: “Daripada sibuk dengan public speaking, lebih baik calon pemimpin berlatih glenak-glenik speaking, dimana mereka belajar saling mendengarkan. Pemimpin harus lebih banyak mendengar daripada berbicara”. Karena itu pada sesi ini, kita akan ber-glenak-glenik speaking untuk belajar apa dan bagaimana itu Active Listening.
Alm. Rm. Mangunwijaya |
Menjadi Pendengar aktif
Dari segi intensitas dan kedalaman, komunikasi dialogis biasanya dibedakan atas tiga (3):
- mouth to mouth (omong-omong basa-basi tentang cuaca, kejadian aktual dst, tanpa libatkan pendapat dan perasaan pribadi)
- head to head (tukar pendapat, pikiran, pandangan, pada level kognitif)
- heart to heart (berbagi rasa dan pengalaman pribadi, dari hati ke hati)
Yang paling sulit dan menantang bagi Pendengar Aktif, tentu saja yang ketiga, heart to heart.
Mendengarkan (Menjadi Pendengar Aktif) lebih dari sekedar keterampilan. Ia merupakan paduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, menjadi suatu SENI yang menuntut disiplin-diri, pengendalian diri (self-control) dan penguasaan diri (self-mastery). Menjadi Pendengar Aktif adalah mendengarkan dengan HATI: diam, mengesampingkan kepentingan diri, untuk memusatkan perHATIan pada pihak lain yang sedang berbicara, dalam semangat rendah hati. Tujuannya untuk menangkap, memahami maksud yang ingin disampaikan, baik yang terucap maupun yang tersirat. Untuk seorang pembina di suatu organisasi atupun lingkup kepemudaan, menjadi Pendengar Aktif merupakan tuntutan paling penting dan mendasar.
Mendengar |
Hambatan & Sandungan dalam Mendengarkan
Begitu banyak hambatan dan sandungan menjadi pendengar yang baik, dibawah ini ada beberapa contoh hambatan-hambatan yang membuat kita menjadi seorang pendengar alakadar-nya :
(1) Sibuk dengan pikiran sendiri.
Menurut penelitian, umumnya orang berpikir 4 kali lebih cepat dari pada rata-rata kecepatan bicara. Selisih perbedaan ini menjadi ‘extra time’ yang digunakan si pendengar untuk mengembara ke persoalan, khayalan, pikirannya sendiri. dan terkadang si pendengar sudah mencari kesimpulan dari apa yang sedang didengar dari si pembicara.
(2) ‘Alergi’
banyak orang tidak suka bahkan benci dengan istilah-istilah tertentu seperti ‘fundamentalis’, ‘radikal’, ‘militan’, ‘pluralis’, ‘kader‘, 'politik' dst. Kalau Pembicara menyebut kata-kata itu, atau sesuatu yang bertentangan dengan gagasannya, si Pendengar langsung ‘off’ dan putus-kontak, tidak siap mendengar lagi.
(3) Pikiran tertutup
telinga mungkin terbuka lebar, tetapi pikiran tertutup karena bosan dan apriori terhadap pembicara dan gagasannya. merasa bahwa si pendengar ini memiliki kemampuan maupun ilmu pengetahuan yang lebih mumpuni daripada si pembicara. Bahkan menarik kesimpulan “saya sudah tahu arah pembicaraannya” jadi tidak perlu mendengarkan karena toh tidak akan belajar apa-apa.
(4) Hati tidak hadir
mata si pendengar nampaknya terbuka lebar, melotot tanpa berkedip tapi sebenarnya hati berada di tempat lain. Ini bisa terjadi apabila si pendengar bermasalah di rumah atau pekerjaan, dan dia tidak mampu mengendalikan dan menguasai dirinya.
Apa yang harus dilakukan waktu Mendengarkan
Saat menjadi seorang pendengar, sebaiknya kita menampilkan dan menunjukkan sikap seperti dibawah ini:
- Perlihatkan minat dengan bahasa tubuh: posisi tubuh, mimik dan pandangan (ke mata si pembicara)
- Berusaha memahami si pembicara apa adanya.
- Tampakkan empati (belarasa, ‘satu rasa’ dengan si pembicara)
- Kendalikan diri, singkirkan masalah pribadi Anda
- Beranikan si pembicara untuk mengembangkan kompetensinya memecahkan masalahnya sendiri. dan buang sikap lebih "Pintar" anda
Tunjukkan bahasa tubuh |
Apa yang tidak boleh dilakukan waktu Mendengarkan
Hentikan hal-hal dibawah ini saat anda menjadi pendengar:
- Mendebat pendapat, apalagi ungkapan perasaan si pembicara
- Menyela atau memotong pembicaraan
- Memberi pertimbangan yang terlalu dini bahkan mendahului si pembicara mengakhiri sesi berbicaranya
- Memberi nasehat (kecuali diminta oleh yang bersangkutan)
- Terlalu cepat menyimpulkan
TEHNIK-TEHNIK MENDENGAR-AKTIF
Bagaimana tehnik atau cara menjadi pendengar-aktif, dan setelah kita belajar tentang hambatan, yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan saat menjadi pendengar,Berbeda dengan pendengar biasa, pendengar aktif adalah pendengar yang melakukan feed back ke pada pembicaranya. didawah ini contoh beberapa Tehnik mendengar-aktif yang dapat kita gunakan sebagai feed back kepada pembicara.
1) Minta penjelasan.
Tujuan: untuk mendorong Pembicara mengemuka-kan lebih banyak fakta, dan menyoroti persoalan dari semua aspek. Contoh: “Bisakah Anda menjelaskan lebih jauh …”; “Apakah persoalan-nya sebatas yang Anda sebutkan tadi?” “Maksud Anda ….”
2) Mengulangi.
Tehnik ini bertujuan untuk mengecek apakah pengertian dan interpretasi kita cocok dengan Pembicara, dan membuktikan bahwa kita mendengarkan dia dengan baik (aktif). Contoh: “Sejauh saya tangkap, yang ingin Anda katakan adalah ….”; “Jadi Anda sudah putuskan untuk …. karena …”
3) Mendukung
Cara ini berguna untuk menampakkan Anda tertarik dan sedang mendengarkan sehingga mendukung Pembicara meneruskan dengan semangat. Contoh: “Begitu ya”; “Saya mengerti”; “Itu luar biasa”
4) Memantulkan
Adapun cara ini memperlihatkan bahwa Anda memahami perasaan si Pembicara bahkan merasakan hal yang sama (empati) dengannya. Contoh: “Anda merasa …”; “Menakjubkan bahwa Anda melihat hal itu”; “Kalau saya berada di posisi Anda, pasti merasakan hal sama”.
5) Meringkas
Dengan menggunakan tehnik ini berguna untuk mengerucutkan pendapat Pembicara dalam rangkuman singkat, untuk membuka aspek baru dalam pandangannya. Contoh: “Sejauh saya tangkap, gagasan pokok yang Anda paparkan adalah …”; “Kalau bisa saya simpulkan, perasaan Anda atas situasi ini ..”
Mendengar dan Berbicara |
Demikian ulasan dalam blog ini tentang menjadi Pendengar yang baik, yang membahas tentang pendengar yang baik, yang harus dilakukan maupun tidak dilakukan saat mendengarkan si pembicara dan tehnik-tehnik menjadi pendengar-aktif. semoga ulasan blog ini berguna bagi banyak orang, dan membuat kita menjadi seorang pendengar yang baik dan menerima kritik.
0 komentar :
Posting Komentar