Pastor Katolik Di Jaman Majapahit

Pastor Katolik Di Jaman Majapahit


Banyak pertanyaan muncul, kapankah pertama kali katolik masuk di indonesia? dan dibawa oleh siapa? untuk mendalami tentang sejarah awal mula masuknya agama katolik di Indonesia terutama pada jaman kerajaan-kerajaan besar di Indonesia, ada sebuah sejarah tentang seorang Pastor Katolik  yang berkunjung ke Indonesia di era Majapahit, jauh sebelum era Fransiskus Xaveirus, Martir Dionysius dan Redemptus, jauh sebelum penjajahan Jepang, Belanda, Portugis atau bangsa Eropa lainnya. Bahkan jauh sebelum Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk atau Bhatara Prabhu, yang masa pemerintahannya pada tahun 1334–1389  dan Gajah Mada.

Latar Belakang Jaman

Pada awal mulanya setelah pemerintahan Raden Wijaya berakhir, tampuk pemerintahan jatuh kepada anaknya yakni Prabu Jayanagara (1294-1328) sebagai raja kedua Kerajaan Majapahit yang memerintah pada tahun 1309-1328. Menurut kitab Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapanca, di usia yang sangat muda ( sekitar 15 tahun) raja bernama kecil “Kala Gemet” ini naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara. Karena itu untuk menjalankan pemerintahan, Jayanagara diwakili oleh Lembu Sora sebagai Patih Daha.

Masa pemerintahan Jayanagara adalah masa paling kelam dimana pemberontakan terjadi secara terus menerus. Sejumlah teman seperjuangan ayahnya yang tergabung dalam Dharma Putra, terpaksa melakukan pemberontakan karena tidak puas dengan pemerintahan Jayanagara dengan berbagai alasan. Mulai dari alasan ketidak pantasan Jayanagara menjadi Raja Majapahit, alasan kebijakan Jayanagara yang tidak peduli dengan rakyat, alasan kepribadian dan lainnya.

Pemberontakan ini adalah juga pemberontakan susulan atas kebijakan Majapahit sejak jaman Raden Wijaya. Para pemberontak itu diantaranya Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa. Khusus pemberontakan Ra Kuti, pemberontakan ini adalah pemberontakan yang paling berhasil karena mampu menguasai istana dan membuat Jayanagara mengungsi di sebuah dusun bernama Badender. Pengungsian Jayanagara tersebut berada dalam kawalan pasukan khusus Bhayangkara dibawah pimpinan Dipa ( kelak bernama Gajah Mada ).

Masa Kedatangan

Pada tahun 1321, seorang Pastor Katolik dari Biara Fransiskan datang ke Majapahit. dari tahun 1316, Pastor yang dikenal dengan nama Odorico da Pordenone telah berlayar mulai dari Venesia, kemudian melalui Konstantinopel, Jazirah Turki dan Iran menuju Hormuz di Teluk Persia. Dari Hormuz perjalanan dilanjutkan dengan berlayar, dan berturut-turut menyinggahi berbagai pelabuhan di Mumbai, Malabar, Srilangka, Madras (india), Sumatera dan Jawa.

Beato Odorico da Pordenone
Kedatangan ke Jawa awalmulanya hanya persinggahan sementara karena tujuan utamanya adalah menjelajahi kawasan yang oleh kalangan Eropa disebut Timur Jauh. Meskipun hanya persinggahan, namun saat di Jawa, pastor yang bernama asli Odorico Mattiuzzi ini telah banyak berkarya baik secara religi maupun secara kesusasteraan yang tercantum dalam buku catatan segala perjalanannya ke kawasan timur jauh. Salah satunya menghasilkan narasi yang kemudian digunakan sebagai rujukan untuk menggambarkan keadaan Majapahit. Isi catatan tersebut salah satunya demikian :

".....raja memiliki bawahan tujuh raja bermahkota dan pulaunya berpenduduk banyak,merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada. Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan karena besar, tangga dan ruangannya berlapis emas dan perak,bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan agung dari cina beberapa kali berperang melawan raja ini, akan tetapi selalu gagal,dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya....."

Terkait catatan yang ditulis di dalam buku perjanannya, setidaknya ada dua analisa situasi yang dihadapi oleh Odorico kala itu.

Analisa pertama :
Odorico mengunjungi istana kerajaan Majapahit dan berkeliling daerah kekuasaan kerajaan Majapahit, selain itu dirinya juga telah melakukan penelusuran sejarah dari sejumlah sumber yang di dapat dari warga sekitar maupun kalangan kerajaan. Dari sumber itu pulalah Odorico kemudian mengetahui bahwa Majapahit sering kali diserang oleh pasukan Kubilai Khan sebagai bentuk balas dendam terkait kejadian beberapa tahun lalu. Menurut cerita sejarah pada tahun 1293, Pasukan Mongol memang pernah di peralat oleh Raden Wijaya untuk menghantam pasukan Jayakatwang, namun saat Jayakatwang kalah, mereka justru balik dihancurkan. Sisa yang berhasil melarikan diri melaporkan pada Kaisar Kubilai Khan.

Analisa Kedua :
Tak lama setelah Odorico tiba di daerah kekuasaan kerajaan Majapahit, terjadilah kisah penyerangan oleh pasukan Mongol sehingga dirinya terjebak dalam situasi perang anatara kedua kerajaan ini. Saat itulah dirinya mengetahui hal ihwal penyebab pertempuran. Usai pertempuran dimenangkan oleh kerajaan Majapahit, Pastor asal Italia ini kemudian berkesempatan mengunjungi istana dan tempat-tempat lain di wilayah kekuasaan Majapahit.

Cacatan perjalanan dan persinggahan Pastor Odorico di Majapahit kurang menekankan pada unsur pengabaran Injil, ini karena dirinya di perintah oleh Kepausan memang bukan untuk misi penyebaran Injil, melainkan dalam rangka ilmu pengetahuan, yakni membuka cakrawala gereja Katolik terhadap peradaban bangsa lain. Namun demikian, sangat mungkin Odorico mengalami dialog religiusitas antara Katolik dengan Hindu - Budha, saat berdialog dan belajar tentang pertukaran kebudayaan maupun saat melakukan rutinitas sehari-harinya sebagai pastor. 

Meninggalkan Majapahit

Seusai menyinggahi Majapahit dan belajar tentang kebudayaan dan peradaban kerajaan Majapahit, Pastor Odorico kemudian melanjutkan pelayarannya ke Borneo (Kalimantan), Champa (Kamboja), dan akhirnya Guangzhou, China.

Tiga tahun lamanya Pastor Odorico berada di China, pada saat itu China di bawah pemerintahan Dinasti Yuan (1271-1368), Odorico kemudian kembali pulang karena masa tugas perjalanannya telah habis. Sayangnya, di tahun 1331, saat hendak melaporkan catatan-catatan perjalanannya kepada Paus di Avignon, beliau jatuh sakit dan wafat di usia 66 tahun.

Pastor Katolik Di Jaman Majapahit
Makam Beato Odorico de Pordenone

Catatan lain

Dari catatan Pastor Odorico, selain catatan tentang persinggahanya di pulau Jawa, ada juga dari tulisan perjalanannya yang mendeskripsikan bagaimana praktek-praktek kanibalisme masih terjadi di sebuah pulau yang disebut sebagai pulau Kalimantan (Borneo),saat Pastor Odorico singgah di Pulau Kalimantan. Ada Juga petikan dalam buku perjalanan beliau tentang makanan khas yang disebut sagu di nusantara.

Bagi gereja Katolik, perjalanan misi dari pastor Odorico memang menghasilkan banyak catatan dan pengetahuan baru tentang peradaban Timur Jauh (atau yang disebut dengan Asia). Itu tidak lepas dari ketaatannya untuk mengikuti perintah misi yang di perintahkan oleh Kepausan, yakni : untuk menjelajahi Timur Jauh, Selalu membuat catatan perjalanan dan tidak boleh pulang sejak mulai diberangkatkan di tahun 1316 hingga tahun 1330.


Pengutusan Odorico sendiri merupakan pembuktian langsung Gereja Katolik atas naskah berjudul Sir John Mandeville, sebuah naskah yang ditulis oleh seseorang yang mengaku bernama dan judul yang sama. Namun berdasarkan catatan-catatan kesaksian langsung dari Ordorico, akhirnya terbukti, bahwa apa yang terdapat dalam Sir John Mandeville sangatlah kacau dan cenderung fiksi. Padahal buku itu sendiri pernah menjadi inspirasi Christopher Columbus maupun Marco Polo dalam melakukan perjalanan.

Pada periode selanjutnya, berbagai catatan perjalanan Ordorico telah disalin dalam berbagai terjemahan sebagai bahan kajian pengetahuan, referensi perjalanan maupun misi Katolik di kawasan Timur Jauh. Beberapa biarawan Katolik kemudian juga mengikuti jejaknya di Asia terutama bumi Indonesia ini dalam misi religius, diantaranya yang cukup terkenal adalah Fransiscus Xaverius (menerima puluhan ribu penduduk Maluku, Malaka , Kalimantan dan Sulawesi menjadi katolik, sehingga menjadi tonggak awal berdirinya gereja katolik di Nusantara) dan Dionysius a Natitivitate & Redemptus a Cruce ( Martir – disiksa dan dibunuh atas perintah Sultan Aceh Iskandar Thani karena hasutan berbau SARA dari Belanda Protestan ).

Pastor Katolik Di Jaman Majapahit

Odorico de Pordenone diangkat menjadi Beato pada tahun 1755 oleh Paus Benediktus XIV memberikan penghormatan kekudusan lewat beatifikasi, setelah melalui penelusuran religiusitas dan bukti-bukti ketaatan terhadap gereja Katolik, dan oleh karena banyaknya peristiwa mukjijat yang terjadi pada makam Odorico de Pordenone di Udine. Sebuah patung Odoric juga di dirikan di Pordenone pada tahun 1881 untuk mengenang biarawan yang gemar berpuasa namun tetap giat bekerja ini.


6 komentar :

Unknown mengatakan...

Tulisan anda sangat menarik :) keren

Tius Mic mengatakan...

Luar biasa . Seorang Imam yang memiliki ketaatan yang terpuji terhadap Tahta Suci . Terpujilah Tuhan .

Tius Mic mengatakan...

Kisah ketaatan terhadap Tahta Suci yang sangat luar biasa . Catatannya menjadi salah satu yang memperkaya sejarah Nusantara. Puji Tuhan .

SarangKalong mengatakan...

awesome

Anonim mengatakan...

Ini menjadi bukti tambahab bahwa kristen bukanlah sekadar agama bawaan kolonial baik Portugis, Inggris, & Belanda. Hal ini membuka mata pengetahuan saya sehingga orang-orang non-kristen seperti saya menjadi percaya bahwa kristen itu juga agama Nusantara.

Saya berharap ada banyak bukti lagi sehingga nanti di masa yang akan datang mata pelajaran sejarah di sekolah baik SF, SMP, SMA ada pelajaran tentang peradaban atah kerajaan Kristen di Indonesia selain peradaban Hindu-Budha dan Islam.

Agus Mudjiman, SH mengatakan...

Informasi yang sangat bermanfaat , ternyata banyak peristiwa sejarah yang kita belum tahu , karena buku catatannya tersebar di mana mana .

Posting Komentar