Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan

Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan


Ketika menyebut nama-nama besar pendiri bangsa, kita sering mendengar Soekarno, Hatta, atau Sjahrir. Namun, ada satu tokoh yang perannya tak kalah penting, tetapi justru sering dilupakan: Tan Malaka. Buku Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan menyingkap perjalanan hidup, pemikiran, dan perjuangan seorang revolusioner yang penuh kontroversi.

Tan Malaka bukan sekadar politisi atau aktivis, ia adalah pemikir brilian, pengembara politik internasional, sekaligus sosok misterius yang namanya dihapus dari sejarah resmi selama bertahun-tahun. Buku ini berusaha mengembalikan sosok Tan Malaka ke panggung sejarah Indonesia.

Tan Malaka


Isi dan Hal Menarik Tiap Bab

Bab I – Jejak Awal Sang Revolusioner

Tan Malaka lahir di Minangkabau dan tumbuh dalam tradisi pendidikan yang kuat. Ia lalu menimba ilmu di Belanda, menyerap gagasan modernisme dan sosialisme. Ia adalah salah satu pribumi pertama yang mendapat kesempatan belajar ke Belanda, dan sejak awal sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa.

Bab II – Tan Malaka di Dunia Internasional

Tan Malaka aktif dalam pergerakan internasional, bahkan sempat menjadi bagian dari Komintern. Ia terlibat dalam jejaring revolusioner di Asia dan Eropa. Ia bisa dikatakan sebagai “revolusioner global”, jauh sebelum istilah globalisasi populer.

Bab III – Pemikiran dan Gagasan

Tan Malaka menulis banyak karya, termasuk Madilog yang memperkenalkan logika materialisme dialektis untuk masyarakat Indonesia. Ia juga menekankan pendidikan sebagai kunci kemerdekaan sejati. Konsep Merdeka 100% Tan Malaka menolak kompromi dengan kolonialisme, bahkan berbeda pandangan dengan Soekarno dan Hatta yang lebih realistis.

Bab IV – Perseteruan Politik

Tan Malaka kerap berbenturan dengan elit politik lain. Ia tidak sepakat dengan strategi PKI yang terlalu radikal, namun juga mengkritik Soekarno-Hatta yang dianggap kompromistis. Ia sering menjadi “orang luar” meski sesungguhnya pemikirannya jauh ke depan.

Bab V – Hidup dalam Pelarian

Tan Malaka hidup penuh pelarian—dari Belanda, Rusia, Jerman, Filipina, Singapura, hingga Tiongkok. Meski hidupnya berpindah-pindah dan serba sulit, ia tak pernah menyerah untuk menulis dan berjuang.

Bab VI – Revolusi dan Harapan

Pada masa revolusi kemerdekaan, Tan Malaka berusaha menjadi perekat berbagai kekuatan. Ia mendirikan Partai Murba dan mencoba memimpin perjuangan rakyat. Meski berkontribusi besar, namanya tetap tersisih dari panggung politik resmi.

Bab VII – Akhir Tragis

Tan Malaka ditangkap dan dieksekusi pada 1949 di Kediri, oleh pasukan Indonesia sendiri. Ironi sejarah—seorang pejuang kemerdekaan besar justru tewas di tangan bangsanya sendiri.