Sejarah Tuhan – Menyelami Jejak Panjang Pencarian Manusia akan Tuhan
Apakah Tuhan selalu sama sejak awal mula sejarah peradaban? Bagaimana manusia dari berbagai zaman memahami, menggambarkan, bahkan memperdebatkan sosok Ilahi? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang dijawab secara mendalam oleh Karen Armstrong dalam karyanya yang fenomenal, Sejarah Tuhan (A History of God).
Buku ini bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah perjalanan intelektual dan spiritual tentang bagaimana manusia—Yahudi, Kristen, Islam, dan tradisi lainnya—membangun pemahaman tentang Tuhan sepanjang ribuan tahun.
![]() | ||
|
Ringkasan & Poin-Poin Penting dalam buku ini
Bab 1 – Awal Pencarian Tuhan
Armstrong membuka dengan akar kepercayaan monoteistik di tradisi Ibrani kuno. Kita diajak memahami bagaimana Tuhan awalnya dipandang begitu personal, dekat, bahkan kadang penuh emosi—lalu perlahan berkembang menjadi konsep Tuhan yang lebih transenden. kita bisa melihat bagaimana gambaran Tuhan yang “cemburu” dan “marah” dalam kitab-kitab awal berkembang menuju konsep Tuhan yang lebih abstrak.
Bab 2 – Tuhan Para Filsuf
Di Yunani kuno dan abad pertengahan, para filsuf mencoba mendekati Tuhan melalui logika dan filsafat. Tuhan dipandang sebagai prinsip rasional, sumber segala yang ada, bahkan “Penggerak yang tak bergerak”. diskusi panjang tentang bagaimana akal manusia mencoba “menangkap” sesuatu yang sejatinya tak terbatas.
Bab 3 – Tuhan dalam Kekristenan
Armstrong menjelaskan perjalanan panjang doktrin Kristen: dari Yesus yang sederhana, hingga berkembangnya konsep Trinitas. Perdebatan teologis melahirkan pemahaman yang lebih rumit—bahkan kadang memecah belah gereja. bagaimana sebuah ajaran cinta kasih berkembang menjadi sistem doktrin yang kompleks.
Bab 4 – Allah dalam Islam
Di sini pembaca diajak masuk ke dunia Islam: dari pengalaman Nabi Muhammad SAW, lahirnya Al-Qur’an, hingga tradisi filsafat dan tasawuf. Allah dipandang Maha Esa, tetapi juga penuh kasih dan dekat dengan manusia. bagian tentang tasawuf (sufisme) yang menggambarkan cinta mistis kepada Allah, sangat menyentuh hati.
Bab 5 – Misteri Kabbalah dan Mistisisme Yahudi
Tradisi Yahudi juga berkembang: dari hukum-hukum Taurat menuju pengalaman spiritual yang dalam. Kabbalah menghadirkan dimensi mistis dalam Yahudi, melihat Tuhan sebagai “tak terkatakan” dan penuh rahasia. konsep Ein Sof—Tuhan yang tak terbatas, yang bahkan tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Bab 6 – Tuhan dalam Modernitas
Memasuki era pencerahan, sains, dan rasionalisme, konsep Tuhan mulai dipertanyakan. Banyak orang merasa “Tuhan lama” tak lagi relevan. Lahir gerakan ateisme, skeptisisme, hingga konsep Tuhan yang lebih simbolis. bagaimana muncul pandangan bahwa “Tuhan telah mati” (Nietzsche), dan bagaimana itu mengubah wajah peradaban.
Bab 7 – Tuhan di Dunia Kontemporer
Armstrong menutup dengan refleksi: walaupun banyak yang meninggalkan agama, manusia tetap tak bisa berhenti mencari makna dan kedekatan dengan yang transenden. Tuhan, dalam berbagai bentuk dan nama, tetap hidup dalam pengalaman manusia. ajakan Armstrong agar kita tidak terjebak pada definisi kaku, melainkan membuka hati untuk merasakan Tuhan secara personal dan spiritual.
Mengapa Buku Ini Layak Dibaca?
1. Membuka wawasan lintas agama: Yahudi, Kristen, dan Islam dipaparkan secara seimbang.
2. Mengajak berpikir kritis: bukan hanya menerima, tapi memahami mengapa konsep Tuhan berubah dari zaman ke zaman.
3. Bahasa naratif dan reflektif: walau penuh sejarah, buku ini dibawakan seperti kisah perjalanan pencarian.
4. Relevan hingga kini: di tengah modernitas dan krisis spiritual, buku ini mengingatkan bahwa pencarian Tuhan selalu hidup.
