Sejarah Nasional Indonesia Jilid 5 : Zaman Kebangkitan Nasional

Sejarah Nasional Indonesia Jilid 5: Zaman Kebangkitan Nasional


Kalau Jilid 4 membahas masa kolonialisme Eropa dan penderitaan rakyat Nusantara, maka jilid ini adalah tentang kebangkitan– lahirnya kesadaran nasional, lahirnya organisasi modern, dan perjuangan politik yang akhirnya mengantarkan bangsa kita ke pintu gerbang kemerdekaan. Untuk pertama kalinya, rakyat Nusantara mulai menyebut dirinya sebagai “bangsa Indonesia”. Di sinilah kisah besar pergerakan nasional dimulai. Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid 5 menuturkan perjalanan itu dengan detail – dari organisasi pertama, gerakan politik, hingga perjuangan menuju proklamasi.


Jilid 5 : Zaman Kebangkitan Nasional

Isi & Poin-Poin Menarik dari buku ini

 1. Awal Abad ke-20 dan Lahirnya Kesadaran Nasional

Politik Etis Belanda membuka pendidikan bagi pribumi. Dari sinilah lahir kaum terpelajar: dokter, guru, pengacara, dan pemikir muda. Pendidikan melahirkan kesadaran baru: kita adalah satu bangsa.

2. Budi Utomo (1908)

Organisasi modern pertama yang dianggap sebagai tonggak pergerakan nasional. Meski awalnya masih bersifat Jawa-sentris, Budi Utomo membuka jalan lahirnya organisasi-organisasi baru.

3. Sarekat Islam (1912)

Didirikan oleh Haji Samanhudi dan kemudian dipimpin H.O.S. Tjokroaminoto. Organisasi ini menghimpun pedagang kecil dan rakyat, menjadi gerakan massa pertama yang besar.

 4. Organisasi Lainnya: Indische Partij, Muhammadiyah, NU

Indische Partij : organisasi politik radikal oleh Tiga Serangkai (Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantara). Muhammadiyah (1912) dan Nahdlatul Ulama (NU) (1926): fokus pada pembaruan pendidikan dan sosial keagamaan. Perbedaan arah justru memperkaya semangat kebangsaan.

5. Lahirnya Partai Nasional Indonesia (1927)

Dipimpin oleh Ir. Soekarno, PNI menjadi pelopor gerakan politik yang secara terang-terangan menuntut Indonesia merdeka. Dari sinilah suara kemerdekaan semakin nyaring.

 6. Peran Kaum Muda dan Perempuan

Sumpah Pemuda (1928) : “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: Indonesia.” Kongres Perempuan Indonesia (1928): awal gerakan emansipasi perempuan. Kesadaran nasional semakin meluas, melibatkan semua kalangan.

 7. Masa Depresi dan Reaksi Kolonial

Krisis ekonomi 1930-an membuat Belanda menindak keras gerakan politik. Banyak tokoh ditangkap dan dibuang (Boven Digoel). Namun semangat tidak padam, justru semakin menguat.

 8. Menjelang Kemerdekaan

Perang Dunia II dan masuknya Jepang mengubah peta politik Nusantara. Meski penuh penderitaan, masa Jepang membuka peluang lahirnya organisasi politik dan militer yang dipimpin putra bangsa.


Hal-Hal Menarik dari Buku

Menjelaskan bagaimana pendidikan bisa memicu lahirnya nasionalisme. Mengungkap peran tokoh-tokoh besar : Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, Tjokroaminoto, Ki Hadjar Dewantara. Menunjukkan bahwa perjuangan bukan hanya di medan perang, tapi juga lewat organisasi, pendidikan, dan media. Mengaitkan pergerakan di Indonesia dengan arus global (perang dunia, kolonialisme, komunisme, demokrasi).