Sarinah

Sarinah – Emansipasi Perempuan dalam Pandangan Soekarno


Banyak orang mengenal Ir. Soekarno sebagai proklamator dan presiden pertama RI. Namun, tidak semua tahu bahwa beliau juga menulis buku khusus tentang perempuan berjudul Sarinah (1947). Judul ini diambil dari nama seorang pengasuh Soekarno semasa kecil, yang menjadi simbol kasih seorang ibu sekaligus teladan tentang peran perempuan dalam membentuk bangsa.

Lewat Sarinah, Bung Karno ingin menyampaikan bahwa perjuangan bangsa tidak bisa dilepaskan dari perjuangan perempuan. Bagi beliau, emansipasi perempuan bukan sekadar isu gender, tapi bagian dari revolusi nasional dan sosial.

Sarinah


Isi & Poin Penting Tiap Bagian

1. Perempuan dalam Lintasan Sejarah

Bung Karno menelusuri peran perempuan sejak zaman kuno, dari kerajaan-kerajaan Nusantara hingga modern. Menunjukkan bagaimana perempuan sering dipinggirkan akibat sistem feodalisme dan kolonialisme. bangsa besar lahir dari perempuan yang merdeka.

2. Emansipasi sebagai Kebutuhan Bangsa

Emansipasi bukan sekadar hak perempuan, tapi kebutuhan bangsa. Perempuan yang terdidik akan melahirkan generasi yang cerdas. Bung Karno mengkritik budaya patriarki yang membuat perempuan hanya ditempatkan di dapur, sumur, dan kasur.

3. Perempuan dan Revolusi Sosial

Revolusi tidak bisa hanya melibatkan laki-laki. Kaum perempuan harus menjadi bagian aktif dalam perjuangan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Perempuan punya peran ganda: sebagai ibu bangsa dan sebagai pejuang kemerdekaan.

4. Kritik terhadap Kapitalisme dan Patriarki

Bung Karno melihat kapitalisme modern juga menindas perempuan—menjadikan mereka objek iklan dan eksploitasi tenaga murah. Karena itu, perjuangan perempuan harus dikaitkan dengan perjuangan melawan penindasan kelas.

5. Perempuan dan Pembangunan Nasional

Setelah kemerdekaan, perempuan tidak boleh kembali terpinggirkan. Perempuan harus hadir dalam politik, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan. Bung Karno menegaskan: “Kaum ibu adalah tiang negara.”

6. Sarinah sebagai Simbol

Sosok Sarinah, pengasuh kecil Soekarno, dijadikan simbol “ibu bangsa” yang penuh kasih sayang. Melalui figur ini, Bung Karno ingin menegaskan betapa pentingnya peran perempuan dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya.