Buku Rekonstruksi Sejarah Al-Quran bukan sekadar karya akademis, tetapi sebuah perjalanan intelektual yang mengajak kita menyusuri jejak sejarah turunnya, pembacaan, hingga pengkodifikasian Al-Qur’an. Ditulis dengan analisis kritis sekaligus narasi yang memikat, buku ini menawarkan perspektif baru tentang kitab suci umat Islam, sekaligus menggugah rasa ingin tahu kita tentang bagaimana teks suci ini terbentuk dalam sejarah panjang peradaban.
![]() |
| Rekonstruksi Sejarah Al-Quran |
Bab 1: Mukadimah
Buku dibuka dengan pengantar tentang pentingnya meninjau sejarah Al-Qur’an bukan hanya dari sisi keimanan, tapi juga dari kacamata historis. Di sini penulis menegaskan: memahami sejarah Al-Qur’an akan memperkaya kecintaan kita, bukan menguranginya.
Bab 2: Asal-usul Al-Qur’an
Bab ini mengajak pembaca melihat Al-Qur’an dari konteks turunnya wahyu di tengah masyarakat Arab. Hal menarik: penulis membandingkan tradisi lisan masyarakat Arab dengan proses penerimaan wahyu, sehingga kita bisa membayangkan bagaimana ayat-ayat diingat, dihafal, dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Bab 3: Metode Pewahyuan & Bacaan Nabi
Di sini kita diajak masuk ke momen spiritual: bagaimana wahyu diterima Nabi Muhammad ﷺ. Penulis menyoroti tradisi bacaan (qira’at) dan peran Nabi sebagai penghafal utama, sekaligus penyampai pertama. Hal menarik adalah uraian tentang variasi bacaan yang hidup di masa awal Islam.
Bab 4: Proses Kodifikasi
Inilah salah satu bab paling penting: bagaimana mushaf dikodifikasikan setelah wafat Nabi. Dari pengumpulan lembaran-lembaran (suhuf), hafalan sahabat, hingga proyek kodifikasi resmi pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Hal menarik: kita diajak memahami mengapa akhirnya lahir "Mushaf Utsmani" sebagai standar bacaan yang dikenal hingga kini.
Bab 5: Dinamika Bacaan (Qira’at)
Bab ini membahas ragam qira’at, sebuah fenomena yang sering disalahpahami. Penulis menunjukkan bahwa perbedaan bacaan bukanlah kelemahan, melainkan kekayaan tradisi Islam. Hal menarik: pembaca akan menemukan bagaimana keragaman ini justru memperkaya pemahaman tafsir dan praktik ibadah.
Bab 6: Kritik Teks dan Manuskrip Kuno
Penulis mengajak pembaca berkenalan dengan penemuan-penemuan naskah Al-Qur’an kuno (misalnya di Sana’a, Yaman). Di sini ada sentuhan ala "arkeologi teks" yang membuat buku ini terasa seperti novel sejarah. Hal menarik: diskusi tentang perbedaan kecil dalam manuskrip, serta apa maknanya bagi sejarah Islam.
Bab 7: Tafsir dan Perkembangan Pemikiran Islam
Buku memperlihatkan bagaimana tafsir berkembang dari penjelasan sederhana Nabi, ke tafsir sahabat, hingga tafsir klasik yang sistematis. Hal menarik: tafsir menjadi cermin dinamika intelektual umat Islam dalam membaca dan menafsirkan wahyu sepanjang zaman.
Bab 8: Al-Qur’an dalam Peradaban Muslim
Bab ini memaparkan betapa Al-Qur’an bukan hanya kitab ibadah, melainkan inspirasi bagi seni, budaya, hukum, bahkan sains dalam peradaban Islam. Hal menarik: pembaca bisa melihat jejak Al-Qur’an dalam kaligrafi, arsitektur masjid, dan sistem hukum Islam.
Bab 9: Refleksi & Rekonstruksi
Penutup buku ini sangat reflektif. Penulis mengajak kita tidak berhenti pada “sejarah teks”, tetapi juga menyadari bahwa Al-Qur’an adalah sumber nilai spiritual yang selalu relevan. Hal menarik: kesadaran bahwa memahami sejarah tidak mengurangi kesakralan, justru menambah kedalaman iman.
