Perang Aceh: Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje

Perang Aceh: Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje


Perang Aceh (1873–1904) adalah salah satu perang kolonial paling panjang dan berdarah dalam sejarah Indonesia. Belanda, yang selama berabad-abad berhasil menaklukkan banyak wilayah Nusantara, ternyata menghadapi perlawanan gigih rakyat Aceh yang tak kenal menyerah.

Dalam perang inilah muncul nama Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda yang terkenal cerdik. Ia dikirim ke Aceh untuk “membaca” masyarakat, agama, dan adat Aceh, lalu memberi strategi agar Belanda bisa menundukkan perlawanan. Namun, seperti yang dibongkar oleh Paul van ’t Veer dalam buku ini, rencana Snouck ternyata tidak sesukses yang diharapkan—bahkan dianggap sebagai kegagalan besar.

Perang Aceh


Isi dan Hal-Hal Menarik Tiap Bab

Bab I – Latar Belakang Perang Aceh

Mengulas Aceh sebagai kerajaan Islam yang kuat, kaya, dan memiliki posisi strategis di jalur perdagangan internasional. Belanda awalnya meremehkan Aceh, mengira perlawanan akan mudah ditaklukkan.

Bab II – Snouck Hurgronje, Orientalis Cerdas

Snouck dikisahkan sebagai ilmuwan Belanda yang mempelajari Islam dan budaya Aceh. Ia bahkan menyamar dan hidup di Mekkah untuk memahami umat Muslim. Snouck dipercaya bisa menjadi “otak” di balik kemenangan Belanda.

Bab III – Strategi Pecah Belah

Snouck menyarankan agar Belanda berpihak pada bangsawan dan melemahkan pengaruh ulama yang dianggap sebagai motor jihad. Ini adalah bentuk awal politik devide et impera (pecah belah) yang sistematis di Hindia Belanda.

Bab IV – Perang Berkepanjangan

Meski strategi dijalankan, perlawanan rakyat Aceh tetap kuat. Taktik gerilya, jihad, dan kepemimpinan tokoh lokal membuat perang sulit dipadamkan. Aceh jadi contoh perang rakyat semesta: seluruh lapisan masyarakat ikut bertempur.

Bab V – Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien

Buku ini mengangkat kisah heroik dua tokoh legendaris Aceh. Teuku Umar dengan kecerdikannya berpura-pura bekerja sama dengan Belanda lalu berbalik melawan, dan Cut Nyak Dhien dengan keteguhan imannya. Perang Aceh tidak hanya kisah militer, tapi juga kisah keberanian perempuan dalam sejarah bangsa.

Bab VI – Akhir yang Tak Pernah Tuntas

Belanda akhirnya menguasai kota-kota besar, tetapi di pedalaman perlawanan terus berlanjut hingga awal abad ke-20. Snouck dianggap gagal karena strategi jitu yang ia tawarkan tidak benar-benar mengakhiri perang. Aceh tidak pernah sepenuhnya “takluk”—perlawanan moral dan agama tetap hidup.

Bab VII – Refleksi Snouck dan Kolonialisme

Snouck akhirnya kembali ke Belanda. Meski dihormati sebagai orientalis, dalam konteks Perang Aceh, ia dianggap gagal membaca sepenuhnya semangat rakyat. Perang Aceh jadi bukti bahwa kolonialisme tak selalu bisa menang meski dengan ilmu, senjata, dan strategi canggih.