Nusantara: Sejarah Indonesia karya Bernard H.M. Vlekke.
Buku klasik ini pertama kali terbit tahun 1943, lalu direvisi, dan hingga kini tetap jadi salah satu rujukan penting untuk memahami sejarah panjang Indonesia dari zaman kuno hingga masa modern. Buku Nusantara: Sejarah Indonesia karya Bernard Vlekke mencoba merangkum perjalanan itu: dari kerajaan Hindu-Buddha, kejayaan Islam, kedatangan bangsa Eropa, hingga lahirnya semangat kebangsaan yang memuncak pada proklamasi kemerdekaan. Membacanya serasa melakukan perjalanan panjang menelusuri akar jati diri bangsa.
![]() |
| Nusantara: Sejarah Indonesia |
Indonesia bukan sekadar nama negara modern. Ia adalah Nusantara – sebuah kepulauan luas dengan sejarah ribuan tahun yang penuh warna, pertemuan budaya, dan pergulatan panjang melawan penjajahan.
1. Awal Peradaban Nusantara
Vlekke membuka dengan gambaran letak geografis kepulauan Indonesia dan pengaruhnya terhadap sejarah. Nusantara sejak awal adalah jalur perdagangan dunia, tempat pertemuan budaya India, Cina, Arab, dan akhirnya Eropa.
Masuknya agama Hindu-Buddha membawa perubahan besar: lahir kerajaan-kerajaan awal seperti Kutai, Tarumanegara, hingga Sriwijaya. Vlekke menyoroti bagaimana agama tidak hanya berperan dalam spiritualitas, tapi juga membentuk seni, arsitektur (candi), serta sistem pemerintahan.
Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan Asia Tenggara. Majapahit tampil kemudian sebagai kerajaan darat-laut yang mencapai puncak kejayaan pada abad ke-14. Bagian ini menarik karena Vlekke menggambarkan bagaimana identitas “Indonesia” mulai terbentuk lewat integrasi politik dan budaya pada masa Majapahit.
4. Islamisasi Nusantara
Islam masuk melalui jalur perdagangan, bukan penaklukan. Islam di Nusantara berkembang damai, bersatu dengan budaya lokal, melahirkan kerajaan-kerajaan besar seperti Demak, Mataram, hingga Aceh Darussalam.
5. Kedatangan Bangsa Eropa
Bangsa Portugis, Spanyol, lalu Belanda datang dengan kepentingan dagang, khususnya rempah-rempah. Vlekke menekankan bahwa kedatangan mereka mengubah arah sejarah: perdagangan berubah menjadi penjajahan.
VOC awalnya berdagang, namun perlahan-lahan menjadi penguasa politik. Rakyat Nusantara diperas lewat sistem tanam paksa, monopoli perdagangan, dan penindasan ekonomi.
Dari Perang Diponegoro di Jawa, Perang Aceh, hingga perjuangan rakyat Maluku, buku ini menunjukkan bahwa perlawanan tidak pernah padam meski sering dipatahkan. Menariknya, Vlekke melihat perlawanan ini sebagai benih nasionalisme.
Awal abad ke-20 lahir organisasi modern: Budi Utomo, Sarekat Islam, hingga Partai Nasional Indonesia. Di sinilah semangat kebangsaan menemukan wadah yang lebih terorganisir, tidak lagi hanya perlawanan lokal.
Jepang datang membawa penderitaan, tapi juga membuka peluang lahirnya tentara dan organisasi politik pribumi. Puncaknya: Proklamasi 17 Agustus 1945 – tonggak berdirinya Indonesia merdeka.
Hal-Hal Menarik dari Buku ini
1. Luas & komprehensif: mencakup sejarah dari awal peradaban hingga kemerdekaan.
2. Gaya narasi hidup: meski ilmiah, Vlekke menulis dengan alur cerita yang mudah diikuti.
3. Keseimbangan perspektif: meski penulis Belanda, ia berusaha objektif dan banyak menyoroti penderitaan rakyat.
4. Relevansi: mengingatkan kita bahwa Indonesia selalu lahir dari pertemuan budaya dan perjuangan melawan penindasan.
Menyadari betapa strategisnya posisi Nusantara sejak dahulu.
Mengenal kerajaan-kerajaan besar yang meletakkan dasar peradaban kita.
Menghargai perjuangan panjang rakyat melawan penjajahan.
Merenungkan kembali makna kemerdekaan yang diraih dengan darah dan air mata.
