Nama Mohammad Hatta atau akrab disebut Bung Hatta sering kita dengar bersanding dengan Bung Karno sebagai Proklamator Republik Indonesia. Namun, siapa sesungguhnya Hatta? Buku Hatta Jejak yang Melampaui Zaman memberi jawaban dengan menghadirkan sosok Hatta bukan hanya sebagai “Wakil Presiden pertama”, melainkan juga sebagai manusia, intelektual, negarawan, dan pribadi sederhana yang meninggalkan jejak mendalam hingga jauh melampaui zamannya.
![]() |
| Hatta |
Isi dan Hal-Hal Menarik Tiap Bab
Bab I – Masa Kecil di Bukittinggi
Menggambarkan masa kecil Hatta di Sumatera Barat. Didikan keluarga membuatnya tumbuh religius, disiplin, dan rajin membaca. Sejak kecil, Hatta lebih suka membaca buku daripada bermain, kebiasaan yang melekat seumur hidupnya.
Bab II – Menjadi Mahasiswa di Belanda
Di Belanda, Hatta aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia. Ia memperluas wawasan dengan membaca literatur politik dan ekonomi Eropa, sekaligus memperjuangkan isu kemerdekaan. Hatta menolak tawaran jabatan dengan gaji besar di Belanda demi kembali ke tanah air.
Bab III – Aktivisme dan Penjara
Hatta dikenal gigih memperjuangkan kemerdekaan lewat tulisan dan pidato. Ia beberapa kali ditangkap dan diasingkan Belanda. Dalam pengasingan di Digul dan Banda Neira, Hatta justru semakin produktif menulis, bahkan mengajar teman-temannya.
Bab IV – Ekonomi Kerakyatan
Salah satu warisan terbesar Hatta adalah pemikiran tentang koperasi. Menurutnya, ekonomi Indonesia harus dibangun berdasarkan kerja sama, bukan kapitalisme atau feodalisme. Hatta mendapat julukan “Bapak Koperasi Indonesia” karena konsistensi pemikirannya.
Bab V – Proklamasi dan Awal Republik
Hatta bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun, peran Hatta tidak berhenti di situ ia menjadi wakil presiden pertama dan diplomat ulung dalam memperjuangkan pengakuan kedaulatan. Hatta dikenal tenang, rasional, dan mampu menjembatani konflik politik di masa awal republik.
Bab VI – Hubungan dengan Soekarno
Meski bersahabat, Hatta dan Soekarno sering berbeda pandangan: Soekarno lebih visioner dan karismatis, sedangkan Hatta rasional dan pragmatis. Perbedaan ini kelak membuat Hatta mundur dari jabatan wakil presiden tahun 1956. Hatta mundur dengan elegan, menunjukkan bahwa jabatan bukan tujuan utama hidupnya.
Bab VII – Kehidupan Pribadi
Setelah tidak lagi aktif di pemerintahan, Hatta menjalani hidup sederhana. Ia menulis, membaca, dan tetap berperan sebagai suara moral bangsa. Hatta tidak pernah memiliki rumah pribadi selama menjabat kesederhanaannya jadi teladan bagi pemimpin bangsa.
Bab VIII – Warisan Pemikiran
Buku menutup dengan refleksi warisan pemikiran Hatta: tentang demokrasi, ekonomi kerakyatan, moralitas politik, dan integritas pribadi. Hatta membuktikan bahwa pemimpin sejati bukan hanya yang berkuasa, tetapi juga yang meninggalkan gagasan abadi.
