Habis Gelap Terbitlah Terang (Edisi 100 Tahun) karya kumpulan surat R.A. Kartini. S
Meski ditulis lebih dari 100 tahun lalu, suara Kartini tetap hidup – lantang, jujur, penuh emosi, dan menyentuh.
![]() |
| Habis Gelap Terbitlah Terang |
Isi & Poin-Poin Menarik
1. Surat-Surat Awal (1899) – Tentang Penjara Tradisi**
Kartini menceritakan bagaimana ia “dikurung” sejak usia 12 tahun dalam adat pingitan Jawa. Ia merasa seperti burung dalam sangkar: bisa membaca buku, tapi tak boleh keluar rumah. Dari sini lahir kerinduannya akan kebebasan dan pendidikan.
2. Surat kepada Stella Zeehandelaar – Semangat Emansipasi
Dalam surat-suratnya kepada Stella, Kartini berapi-api berbicara tentang: Keinginannya agar perempuan Jawa merdeka dari keterbelakangan. Kritik tajam terhadap pernikahan paksa. Dan kekagumannya pada gerakan perempuan Eropa. Surat-surat ini penuh energi, membuat kita bisa merasakan Kartini muda yang haus ilmu dan perubahan.
3. Surat tentang Agama, Moral, dan Keadilan
Kartini mengungkap kekecewaannya pada praktik agama yang menurutnya sering tidak adil pada perempuan. Namun ia tetap religius, dengan pandangan bahwa agama seharusnya membawa kasih, bukan penindasan.
4. Surat tentang Seni, Sastra, dan Batik
Kartini juga seniman: ia melukis, menggambar, dan menulis tentang batik sebagai warisan budaya. Dari sini kita melihat sisi Kartini yang bukan hanya pejuang, tapi juga budayawan yang ingin mengangkat seni Jawa ke dunia internasional.
5. Surat-Surat Menjelang Pernikahan & Kehidupan di Rembang
Ketika menikah dengan Bupati Rembang, banyak yang mengira perjuangannya akan terhenti. Namun justru dari sana ia semakin ingin mendirikan sekolah perempuan. Surat-surat terakhirnya sarat dengan rencana besar untuk pendidikan gadis Jawa.
6. Akhir Tragis & Warisan Abadi
Kartini wafat pada usia 25 tahun, empat hari setelah melahirkan putranya. Namun surat-suratnya terus hidup, diterbitkan J.H. Abendanon tahun 1911, dan menjadi inspirasi lahirnya sekolah-sekolah Kartini serta gerakan emansipasi perempuan Indonesia.
Hal-Hal Menarik dari Buku
1. Gaya bahasa Kartini lugas, emosional, dan penuh kejujuran.
2. Kritiknya pada kolonialisme, patriarki, dan kemiskinan terasa sangat berani.
3. Ada sisi personal: kegelisahan cinta, persahabatan, dan impiannya yang sederhana – ingin bebas belajar dan bekerja.
4. Membaca buku ini serasa mengobrol langsung dengan Kartini.
.jpg)