Setelah Laskar Pelangi mengajarkan arti pendidikan dan Sang Pemimpi menyalakan api mimpi, Andrea Hirata melanjutkan kisahnya lewat Edensor. Novel ini adalah catatan perjalanan jiwa, tentang bagaimana mimpi besar bisa membawa dua anak kampung Belitong menjelajahi Eropa, belajar di universitas bergengsi, dan menemukan arti hidup di tengah dunia yang luas.

Judul Edensor diambil dari sebuah desa kecil di Inggris yang penuh keindahan, tempat yang selalu dibayangkan Ikal dan Arai sejak remaja. Bagi mereka, Edensor adalah simbol mimpi—dan kini, mereka benar-benar menapakinya.

Ikal dan Arai berhasil mewujudkan janji gila mereka di Sang Pemimpi : kuliah di Eropa dengan beasiswa. Perjalanan panjang dari kampung miskin hingga ke tanah asing menjadi pembuka yang penuh haru. momen ketika mereka benar-benar meninggalkan tanah air memberi nuansa emosional—antara gembira, takut, dan penuh harapan.

Mereka belajar di Université de Paris, bertemu mahasiswa dari berbagai negara, dan menghadapi perbedaan budaya yang menantang. interaksi Ikal dan Arai dengan teman-teman internasional menghadirkan banyak humor segar dan renungan filosofis.

Ikal dan Arai akhirnya sampai di Edensor, desa indah yang dulu hanya mereka lihat dari buku. momen ini penuh simbolisme—mimpi masa kecil yang mustahil kini benar-benar terwujud.

Ikal dan Arai menjelajah Eropa: dari kota-kota megah hingga desa kecil, dari keindahan seni hingga kerasnya realitas. perjalanan ini bukan hanya geografis, tetapi juga perjalanan batin tentang mencari jati diri.

Andrea Hirata menyelipkan banyak refleksi: tentang pendidikan, kemiskinan, mimpi, hingga hakikat manusia. gaya bahasanya puitis sekaligus jenaka, membuat pembaca bisa tertawa sekaligus merenung.

Novel ditutup dengan kepuasan: Ikal dan Arai tidak hanya berhasil menginjakkan kaki di Edensor, tetapi juga membuktikan bahwa mimpi, betapapun mustahil, bisa menjadi nyata.