Sebelum dikenal lewat The Da Vinci Code dan kisah Robert Langdon, Dan Brown menulis sebuah thriller teknologi yang mendebarkan: Digital Fortress. Novel ini membawa pembaca masuk ke dunia kriptografi, mata-mata siber, dan pertarungan antara keamanan nasional dengan hak privasi.

Apa jadinya jika sebuah kode yang tak bisa dipecahkan mengancam membuka seluruh rahasia digital dunia?

NSA (National Security Agency) memiliki komputer super bernama TRANSLTR yang mampu memecahkan kode apapun. Namun kali ini, TRANSLTR menemui jalan buntu menghadapi kode misterius bernama Digital Fortress, ciptaan seorang mantan pegawai jenius, Ensei Tankado. Tankado mengklaim program ini bisa menghancurkan monopoli NSA dengan membuka akses data digital bagi semua orang.

Tokoh utama adalah Susan Fletcher, pakar kriptografi yang jenius sekaligus bekerja di NSA. Ia dipanggil untuk menyelidiki mengapa TRANSLTR tidak bisa memecahkan kode ini. Dari sinilah Susan menyadari bahwa dunia bisa masuk ke dalam kekacauan besar jika Digital Fortress menyebar.

Tunangan Susan, David Becker, seorang profesor bahasa, dikirim ke Spanyol untuk mengambil kunci misterius yang diyakini dapat mematikan Digital Fortress. Ia justru terjebak dalam kejar-kejaran berbahaya dengan pembunuh bayaran. Alur pun berpindah antara intrik di ruang server NSA dan aksi menegangkan di jalanan Eropa.

Tak hanya ancaman eksternal, ada pengkhianatan di dalam tubuh NSA sendiri. Pertanyaan besar muncul: siapa yang bisa dipercaya? Susan menemukan bahwa rahasia Digital Fortress jauh lebih kompleks dari sekadar kode komputer.

Terungkap bahwa Digital Fortress bukan hanya kode, tetapi juga jebakan yang bisa melumpuhkan seluruh sistem keamanan digital dunia. Susan dan David berpacu dengan waktu untuk menghentikan bencana global. Seperti khas Dan Brown, akhir ceritanya penuh twist yang membuat pembaca terkejut.