Christians in Medieval Sumatra
Ketika kita bicara tentang sejarah Nusantara di masa lalu, hampir selalu yang muncul adalah kata “Hindu-Buddha” atau kemudian “Islam”. Tetapi, tahukah kamu bahwa ada agama lain yang juga sempat singgah di bumi Indonesia jauh sebelum kedatangan bangsa Portugis?
Ya, Kristen.
Walaupun hanya meninggalkan jejak kecil dalam catatan sejarah, kehadiran Kristen di Sumatra pada Abad Pertengahan membuka tabir menarik tentang betapa plural dan kosmopolitannya Nusantara sejak dulu.
.jpg) |
Christians in Medieval Sumatra
|
Cerita dari Para Penjelajah
Sejumlah penjelajah Eropa menulis tentang orang-orang Kristen di Asia Tenggara. Niccolò de’ Conti (abad ke-15) menyebut adanya komunitas “Nestorian” di Asia, termasuk Jawa. Giovanni de’ Marignolli menyinggung kemungkinan Kristen hadir di wilayah kita. Ludovico di Varthema bahkan mengaku ditemani pemandu Kristen saat berlayar di Sumatra hingga Maluku.
Mereka mungkin hanya singgah sebentar, tapi catatan-catatan ini membuat kita bertanya: Benarkah ada komunitas Kristen di Nusantara sebelum kedatangan Portugis?
Bukti yang Lebih Tua: Gereja di Barus
Jawabannya ditemukan dalam sebuah teks Arab kuno karya Abū al-Makārim, seorang imam Koptik dari Mesir pada tahun 1200-an. Ia menulis bahwa di Barus (Fanṣūr), Sumatra Utara, ada gereja-gereja Nestorian. Bahkan, salah satunya didedikasikan khusus untuk Bunda Maria! Bayangkan, ratusan tahun sebelum Portugis membangun gereja di Melaka (1521), di Sumatra sudah ada jemaat Kristen dengan gerejanya sendiri.
Barus: Pelabuhan Kosmopolitan
Mengapa Barus? Karena sejak dulu Barus adalah kota pelabuhan internasional. Sejak abad ke-2 M, sudah disebut dalam karya Ptolemy (Geographia). Terkenal di dunia karena kapur barus terbaik, komoditas langka untuk obat, parfum, dan ritual. Pedagang dari India, Persia, Arab, bahkan Eropa singgah di sini. Bukti arkeologi abad ke-11 menunjukkan adanya komunitas pedagang Tamil di Barus. Barus adalah semacam “hub global” pada masanya, tempat bertemunya berbagai budaya, bahasa, dan agama.
Mosaik Agama di Nusantara
Kehadiran Kristen Nestorian di Barus hanyalah satu kepingan dari mosaik besar Nusantara.Di Jawa, memang Hindu dan Buddha kuat di kalangan elite. Di pesisir, Islam mulai berkembang sejak abad ke-13. Di pedalaman, tradisi leluhur tetap kuat. Dan di Barus, ada komunitas Kristen yang terhubung dengan jaringan dagang India dan Timur Tengah. Artinya, sejak dulu Indonesia bukanlah tanah satu agama, melainkan ruang pertemuan banyak keyakinan.
Mengganti Cara Pandang Sejarah
Jadi, kalau kamu ingin melihat Nusantara dari sudut pandang yang berbeda — lebih luas, lebih berwarna, dan lebih mendunia — buku ini wajib kamu baca.
Buku ini seperti membuka lembaran rahasia sejarah Nusantara. Jika Anda ingin tahu: Bagaimana Sumatra menjadi pusat perdagangan dunia sejak ribuan tahun lalu, Fakta bahwa gereja Kristen sudah ada di Barus sebelum kolonialisasi, Kisah-kisah menarik dari pelaut Eropa, Arab, India, hingga Mesir tentang Nusantara,
… maka buku ini adalah bacaan wajib.
Ia menantang cara kita memandang sejarah Indonesia, dan mengingatkan bahwa negeri ini sejak lama adalah tanah plural, kosmopolitan, dan bagian dari dunia internasional.