Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams. 

Buku ini adalah autobiografi Soekarno yang dituturkan langsung kepada Cindy Adams, penuh kisah perjuangan, cita-cita, dan sisi pribadi Sang Proklamator. Buku ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan suara langsung dari Soekarno. Ditulis lewat kerja sama dengan Cindy Adams, buku ini menghadirkan Bung Karno yang berbicara terus terang – penuh api semangat, emosi, humor, dan bahkan luka-luka batin.

Penyambung Lidah Rakyat Indonesia


Isi & Poin-Poin Menarik

1. Masa Kecil & Akar Nasionalisme

Soekarno lahir di Surabaya (1901), dari ayah seorang guru Jawa dan ibu keturunan Bali. Dari kecil ia sudah “haus” ilmu dan merasa resah melihat bangsanya dijajah. Masa sekolahnya di Surabaya membuatnya bertemu dengan tokoh penting seperti H.O.S. Tjokroaminoto.

2. Masa Belajar & Pemikiran Politik

Di bawah bimbingan Tjokroaminoto, Soekarno bertemu dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam, lalu aktif di dunia politik sejak muda. Ia banyak membaca buku tentang Islam, nasionalisme, sosialisme, hingga teori-teori Barat, yang kemudian menyatu dalam pemikiran khasnya: Marhaenisme – ideologi untuk membela kaum kecil.

 3. Cinta, Humor, dan Kehidupan Pribadi

Buku ini juga menyingkap sisi pribadi Bung Karno: kisah cintanya, humor segarnya, hingga caranya merayu. Menariknya, meski dikenal flamboyan, ia selalu menegaskan bahwa perjuangan bangsa adalah cintanya yang terbesar.

 4. Mendirikan PNI & Masuk Penjara

Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (1927) yang langsung menjadi ancaman bagi kolonial Belanda. Ia ditangkap, diadili, dan lahirlah pidato bersejarah: “Indonesia Menggugat” – pidato penuh api yang membakar semangat perlawanan.

5. Pembuangan & Semangat Tak Pernah Padam

Bung Karno beberapa kali diasingkan (Ende, Bengkulu). Namun di tempat-tempat itu ia terus menulis, berdiskusi, dan menanamkan ide kemerdekaan. Dari Ende lahir gagasan persatuan lintas agama dan ide-ide dasar yang kelak menjadi Pancasila.

6. Masa Jepang & Proklamasi Kemerdekaan

Ketika Jepang masuk, posisi Soekarno menjadi serba sulit: dituduh “kolaborator”, tapi sebenarnya ia menggunakan situasi untuk mempersiapkan bangsa. Akhirnya, pada 17 Agustus 1945, ia bersama Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan – momen puncak perjuangan hidupnya.

7. Soekarno sebagai Presiden & Pemimpin Dunia

Buku ini juga menggambarkan Soekarno sebagai tokoh dunia: berpidato di PBB, menjadi motor Gerakan Non-Blok, dan disegani di Timur maupun Barat. Bung Karno bukan hanya milik Indonesia, tapi juga ikon anti-kolonialisme dunia.


 Hal-Hal Menarik dari Buku

1, Bung Karno bercerita dengan gaya berapi-api, penuh humor, tapi juga menyentuh hati.
2. Mengungkap sisi pribadi: percintaan, pergaulan, hingga filosofi hidupnya.
3. Menunjukkan bagaimana ide-ide besar lahir dari pengalaman nyata rakyat kecil (Marhaenisme).
4. Memberikan potret langsung tentang pergulatan batin seorang pemimpin di tengah arus sejarah besar.