Candi Sojiwan

 Candi Sojiwan

Candi Sojiwan adalah salah satu candi yang terletak di daerah Prambanan, Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi, pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra(prasati Rukam 829 Saka/907M). Meskipun tidak sepopuler Candi Borobudur atau Candi Prambanan, Candi Sojiwan memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang penting. Candi Sojiwan terletak di Desa Kebondalem, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi ini berada tidak jauh dari kompleks Candi Prambanan, sekitar 3 kilometer ke arah barat daya. Lokasi Candi Sojiwan yang strategis menjadikannya mudah diakses dan sering menjadi bagian dari kunjungan wisatawan yang ingin menjelajahi situs-situs bersejarah di sekitar Prambanan. Candi Sojiwan terletak di lingkungan yang tenang, dikelilingi oleh pepohonan dan pemandangan alam yang indah, memberikan suasana damai yang mendukung tujuan spiritualnya.

Candi Sojiwan

Candi ini didirikan sebagai bentuk penghormatan dari Raja Balitung untuk neneknya nini haji rakyan sanjiwana yang beragama Buddha. Candi ini memiliki bentuk yang cukup sederhana, tetapi tetap menunjukkan keindahan dan keanggunan dalam detail-detailnya. Struktur utama candi terdiri dari satu bangunan besar yang dikelilingi oleh beberapa bangunan kecil.Kompleks Candi Sojiwan terdiri dari dua gugusan candi (gugusan candi Utara dan Selatan). Gugusan candi selatan sudah hilang menjadi lahan pemukiman penduduk, sedangkan gugusan utara masih tersisa seperti yang terlihat sekarang ini. Kedua gugusan candi tersebut dikelilingi oleh parit.Gugusan candi di sebelah utara terdiri atas satu candi induk dan candi Perwara yang mengelilinginya. Diluar kelompok Perwara ini, terutama di sisi utara terdapat sebaran pondasi dan reruntuhan batu candi yang belum jelas strukturnya

Arsitektur

Candi ini menunjukkan paduan antara elemen arsitektur lokal dan pengaruh dari budaya luar, mencerminkan interaksi antara berbagai tradisi di masa lalu. candi ini juga memiliki bentuk yang relatif sederhana dibandingkan dengan candi-candi besar lainnya, tetapi tetap menampilkan keanggunan. Bentuk persegi dan penggunaan material batu andesit yang halus menjadi ciri khasnya.Meskipun tidak sebanyak relief di candi-candi lain, Sojiwan memiliki beberapa relief yang menggambarkan cerita-cerita dari tradisi Buddha dan simbol-simbol keagamaan yang mencerminkan nilai-nilai spiritual. Candi ini memiliki ruang utama yang cukup besar, yang diperkirakan digunakan untuk tempat ibadah dan meditasi. Ruang ini menjadi pusat dari aktivitas keagamaan dan spiritual.


Relief Candi

Pintu masuk candi dirancang dengan arsitektur yang khas, biasanya dihiasi dengan relief dan ornamen yang menggambarkan mitologi atau simbol-simbol keagamaan. Desain pintu ini menciptakan kesan menyambut bagi para pengunjung.


Tangga dan pintu masuk

Meskipun tidak sebanyak candi lain, Sojiwan memiliki beberapa relief yang menggambarkan cerita ajaran moral atau simbol-simbol spiritual. Relief ini memberikan wawasan tentang nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat pada masa saat kerajaan itu. Ruang utama candi cukup luas dan biasanya digunakan untuk kegiatan ibadah. Ruang ini sering kali memiliki atap yang lebih tinggi, menciptakan kesan anggun dan khidmat.

Candi ini dilengkapi dengan pilar-pilar yang berfungsi sebagai penopang struktur atap. Pilar ini sering dihiasi dengan ukiran dan ornamen yang memperindah tampilan keseluruhan candi. Atap candi biasanya terdiri dari beberapa tingkat, yang menunjukkan hierarki dan simbolisme. Setiap tingkat atap sering kali dihiasi dengan elemen dekoratif yang menambah keindahan visual.

Dongeng dari Sojiwan

Hal menarik dari Candi Sojiwan adalah pada bagian kaki candi terdapat  relief  dalam bentuk fabel (cerita binatang)  yang memuat tentang ajaran moral. ajaran moral ini merupakan moralitas sebuah kerajaan dan berlaku bagi seluruh rakyat kerajaan masa itu, tetapi juga masih sangat relevan bagi kehidupan masyarakat masa kini

Kisah burung berkepala dua
Seekor burung berkepala dua, salah kepala makan enak sedangkan yang lainnya dibiarkan saja. Kepala satunya minta makanan itu, tetapi ditolak dan dijawab tidak perlu karena nantinya akan masuk perut yang sama. Kepala lainnya marah dan makan makanan beracun dan matilah burung itu. Pesan ini untuk mengingatkan kita bahwa bekerjasamalah untuk kepentingan bersama. tanpa ada kerja sama yang baik tentu semua pekerjaan dapat gagal atau kurang baik hasilnya.

Burung berkepala dua

Kisah Buaya dan Kera
Istri seekor buaya minta suaminya untuk menangkap seekorkera yang sedang duduk di tepi sungai untuk disantap hatinya. Ia minta suaminya untuk melaksanakan kehendaknya. Suami buaya itu berkata bohong pada kera itu bahwa ia mau berbaik hati untuk mengantarnya ke sebrang sungai karena disana ada pohon yang banyak buahnya.
Kera setuju dan ia duduk diatas punggung buaya menuju seberang. Di perjalanan buaya mengatakan maksud istrinya, mendengar itu kera sangat gembira bisa menyumbangkan hatinya kepda istri si buaya. Tetapi hati yang diinginkannya tertinggal diatas pohon. Untuk itu si buaya harus mengatarnya kembali untuk mengambil hati yang dimaksud. Sampai ditepi sungai si kera meloncat dan pergi.
Pesan dari kisah ini menganjurkan kepada kita supaya selalu berusaha menjadi pandai agar tidak mudah tertipu.

Buaya dan kera

Kisah Prajurit dan Pedagang

Seorang pejabat kerajaan mempunyai dua sahabat yaitu seorang prajurit dan pedagang. Prajurit menyatakan siap melindungi sahabatnya itu bila ia mengalami gangguan keamanan. Pedagang juga akan membantu dengan menyerahkan hartanya bila pejabat itu memerlukan.
Suatu saat si pejabat ingin menunjukkan kepada istrinya kesetiaan mereka sebagai sahabat. Ia berpura-pura memiliki masalah yang dapat diancam hukuman berat. Hal ini disampaikan kepada kedua sahabatnya. Pedagang menyatakan bahwa ia tidak dapat berbuat apapun. Sedangkan prajurit itu menyatakan siap dengan pedangnya untuk melindungi pejabat sahabatnya itu.Pesan yang disampaikan adalah sahabat seharusnya adalah tanpa pamrih seperti si prajurit.

Prajurit dan pedagang

Kisah Wanita dan Serigala

Seorang petani tua namun kaya raya memiliki istri muda dan cantik. Istri petani itu merasa tidak bahagia dengan suaminya. Suatu saat ia bertemu dengan seorang penyamun muda yang selalu memuji kecantikannya. wanita ini sangat senang atas pujian itu.
Mereka berjalan bersama dan bermaksud menyebrang sungai. Muncul watak jahat penyamun untuk menguasai harta si wanita. Atas usul si penyamunbarang-barangnya disebrangkan dahulu bersama si penyamun dan ia akan kembali menjemput si wanita. Tenyata ia tak kembali dan pergi. Si wanita baru menyadari bahwa ia telah tertipu.

Wanita dan serigala

Pada saat itu datang serigala membawa sepotong daging di moncongnya. Melihat ikan yang banyak di sungai, daging itu dilepaskan dan bermaksud menangkap ikan-ikan itu. Sementara ia bersiap-siap daging miliknya disambar burung. Sementara ia bersiap-siap daging miliknya disambar burung. ikan-ikan disungai ternyata juga pergi semua. Sial katanya. Pesan dari kisah ini agar kita jangan serakah dan mensyukuri apa yang kita punya.


Penemuan dan pemugaran

Candi Sojiwan ditemukan kembali pada tahun 1935. Penemuan ini dilakukan oleh seorang arkeolog Belanda, yaitu H.J. de Graaf, yang saat itu melakukan penelitian di wilayah tersebut. Setelah penemuan tersebut, upaya pemugaran dan pelestarian candi dilakukan untuk mengembalikan keindahan dan nilai sejarahnya. Penemuan kembali Candi Sojiwan menjadi langkah penting dalam memahami sejarah dan kebudayaan Buddha di Jawa.Salah satu upaya pelestarian Candi Sojiwan sudah sejak lama dilakukan. pencarian batu dan anastilosis akhirnya dapat direkonstruksi kembali bentuk Candi induk Sojiwan. Dari hasil rekonstruksi tersebut maka balai pelestarian penginggalan purbakala Jawa Tengah Tahun 1996 memulai kegiatan pemugaran terhadap Candi Induk Sojiwan.

Pahatan tangga 

Pemugaran yang telah dilakukan sejak Tahun 1996 sampai tahun 2006 telah mencapai bagian tubuh Candi. namun karena terjadinya gempa 27 Mei 2006 mengalami keruntuhan. Tindakan penyelamatan setelah gempa 2006 dilakukan pembongkaran kembali bangunan candi dan dalam pemasangannya kembali tidak menggunakan kolom.
kemudian batu isian candi yang semula menggunakan batu putih, pada bagian tertentu menggunakan batu andesit yang diperkuat dengan angkur besi. Nat nat antar batu isian diisi dengan hidrolik mortar. Untuk bagian tertentu dimana terdapat gaya tarik, isian nat antar batu menggunakan bligon

Salah satu relief

Selama kegiatan pemugaran Candi Sojiwan juga dilakukan penelitian arkeologi. Sampai saat ini, penelitian arkeologi telah menemukan struktur parit keliling (sebagian ditampakkan), struktur pagar halaman I sisi utara dan timur (telah direkonsturksi), struktur pagar halaman II sisi utara (Sebagian telah direkonstruksi), dan dua deret struktur Candi Perwara Stupa pada halaman II Sisi utara (salah satu candi perwara stupa telah direkonstruksi)

Akses Lokasi

Untuk menuju Candi Sojiwan, Anda bisa mengikuti langkah-langkah berikut:
Dari Yogyakarta:

1. Menggunakan Kendaraan Pribadi:Ambil jalan menuju Jalan Solo (Jalan Raya Yogyakarta-Solo).
Ikuti jalan tersebut hingga mencapai pertigaan Prambanan.
Dari Prambanan, ikuti petunjuk arah ke Candi Sojiwan, yang terletak sekitar 3 km ke arah barat daya.

2. Menggunakan Transportasi Umum:Naik bus atau angkutan umum dari Yogyakarta yang menuju Klaten.
Turun di Prambanan, lalu cari angkutan lokal atau ojek untuk menuju Candi Sojiwan.
Dari Klaten:

3. Menggunakan Kendaraan Pribadi:Dari pusat kota Klaten, arahkan kendaraan ke arah Prambanan.
Ikuti jalan menuju Desa Kebondalem, dan akan ada petunjuk arah ke Candi Sojiwan.

4. Menggunakan Transportasi Umum:Naik angkutan umum dari Klaten menuju Prambanan.
Setelah tiba di Prambanan, lanjutkan dengan ojek atau kendaraan lokal menuju Candi Sojiwan.

Kordinat lokasi

7°45'39.8"S 110°29'45.7"E

0 komentar :

Posting Komentar