Candi Risan Gunung Kidul
Candi Risan terletak di Desa Candirejo, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi candi ini di perbukitan yang termasuk dalam zona Pegunungan Selatan, dengan batuan penyusunnya adalah satuan batuan tufa dan alluvial. Candi ini berada pada ketinggian 136 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Luas lahan candi keseluruhan 2.235 m2. Area tersebut meliputi dua bangunan berdenah persegi dan komponen bangunan yang ada di sekitar bangunan. Candi ini merupakan satu-satunya candi terbesar dan paling lengkap artefak batu-batunya yang ditemukan di Gunung Kidul. Konon nama Risan diambil dari singkatan irisan atau perbatasan wilayah dua kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Candi ini juga dipercaya sebagai saksi sejarah pelarian Majapahit ke Gunung Kidul dari tanah Yogyakarta.
Candi Risan |
Sejarah dan fakta
Keberadaan Candi Risan telah terdaftar dalam catatan Belanda tahun 1915 dengan nomor inventaris 1269. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) —sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) — Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat candi ini pada saat melakukan kegiatan Inventarisasi Kepurbakalaan di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul pada tahun 1985. Catatan tersebut kembali diperbarui pada saat kegiatan Her-Inventarisasi Benda Cagar Budaya di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul tahun 2009.
Arca di Risan |
Candi Risan merupakan salah satu cagar budaya masa klasik yang berasal pada abad ke 8 sampai abad ke 9 Masehi. Candi ini terdiri atas dua buah bangunan candi yang berderet dari utara ke selatan dengan arah hadap ke barat. hal ini diindikasikan dengan adanya penemuan trap tangga naik menuju candi. Candi utara berukuran 13m x 13m dan mempunyai penampil pada bagian-bagian sudut, sedangkan candi selatan polos hanya berdenah persegi berukuran 11,5m x 11,5m.
Candi selatan |
Candi Risan terbuat dari batu putih sehingga mudah rusak, selain karena usia juga karena terkena panas dan hujan. secara keseluruhan candi ini sudah teraduk terutama pada bagian bawah sehingga bentuk asli tidak terlihat. Batu-batu menjadi rusak karena panas dan hujan, ditambah lagi dengan kondisi tanah yang mudah longsor menjadikan batu-batu candi ini berserakan sehingga menjadikan kondisi candi semakin rusak.Dengan tidak adanya talud penahan tanah di bagian bawah mengakibatkan tanah mudah longsor sehingga batu-batu yang ada mudah terbawa air. Dengan kondisi seperti ini, maka Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta pada Bulan Oktober 2011 melakukan kegiatan pembuatan talud disisi barat laut candi.
Candi Risan berlatar belakang agama Buddha. Hal ini dibuktikan dengan adanya temuan arca avalokiteswara dan beberapa bagian bangunan yang bercorak agama Buddha. Arca Avalokiteswara merupakan emanas (pancaran) Amitabha (Buddha yang menempati arah mata angin sebelah barat). Mudranya adalah Dhyani Mudra dan lambangnya adalah bunga teratai merah (padma). oleh karenanya, arca Dhyani Buddha Amitabha selalu terlihat pada mahkotanya.
Makara dan Jaladawara |
Arca Avalokiteswara pernah dicuri orang pada tahun 1982. namun akhirnya dapat diketemukan di Singapura dan berhasil dibawa kembali ke Indonesia. Saat ini arca Avalokitewara disimpan di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
Disekitar lokasi Candi Risan terdapat beberapa cagar budaya bergerak, yaitu sebagai berikut:
- Makara dengan nomor inventaris D.58 dan D.59
- Kemuncak Candi dengan nomor inventaris D.60
- Arca dengan nomor inventaris D.62
- Fragmen arca dengan nomor inventaris D.64 dan D.66
- Fragmen antefik dengan nomor inventaris D.65
Cagar budaya ini dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. Sebagai bangunan yang mempunyai arti penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan, maka diperlukan upaya menjaga pelestariannya sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Puing dan kemuncak |
Kordinat Lokasi
7°49'40.7"S 110°45'18.2"E
0 komentar :
Posting Komentar