Bulan Februari 2025 adalah tepat 10 tahun blog ini eksis. semoga di tahun 2025 nanti, kami semakin rajin mengeksplore dan menceritakan perjalanan kami. dan semoga ada pendonatur yang bersedia membiayai perjalanan kami... amin
Quotes
Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn't do than by the ones you did do. so throw off the bowlines. sail away from the safe harbor. catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.
Desa adat Ratenggaro: Menyelami Sejarah, Budaya, dan Keindahan Pantai Sumba
Indonesia, sebagai negara kepulauan, memiliki lebih dari 16.000 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Salah satu pulau yang meraih penghargaan sebagai "The Best Beautiful Island in The World" oleh majalah Focus Jerman pada tahun 2018 adalah Pulau Sumba. Pulau ini tidak hanya memukau dengan keindahan alamnya, tetapi juga kaya akan budaya yang mendalam, salah satunya bisa kita temui di Desa Adat Ratenggaro. Terletak di ujung selatan Pulau Sumba, desa ini menyuguhkan pesona yang tak hanya berasal dari keindahan alam, tetapi juga dari keunikan rumah adat dan sejarahnya yang kelam namun menarik untuk dijelajahi.
Nama Ratenggaro berasal dari dua kata, "rate" yang berarti kuburan, dan "garo", yang merujuk pada suku Garo yang mendiami desa ini. Sejarah desa ini berakar pada kisah peperangan antar suku, di mana suku Garo dikalahkan dan seluruh anggotanya dibunuh. Para korban yang gugur tersebut kemudian dimakamkan di sekitar desa ini, dan kuburan mereka berupa batu-batu besar atau menhir yang tersebar di kawasan sekitar. Kuburan batu ini berusia lebih dari 4.500 tahun dan menjadi salah satu daya tarik utama desa ini. Selain itu, desa ini juga menyimpan kisah-kisah magis yang berkaitan dengan kepercayaan Marapu, pemujaan terhadap leluhur yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.
Desa Ratenggaro
Rumah Adat Ratenggaro: Simbol Kehormatan dan Status Sosial
Desa Adat Ratenggaro terkenal dengan keunikan rumah adat panggung yang memiliki atap menara tinggi, menjadikannya rumah adat tertinggi di Pulau Sumba. Arsitektur rumah-rumah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai tempat pemujaan. Kepercayaan terhadap Marapu, yang merupakan ajaran spiritual masyarakat Sumba, sangat mempengaruhi desain rumah adat ini.
Rumah adat
Menara atap yang menjulang tinggi melambangkan status sosial pemiliknya sekaligus menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur dan roh-roh yang dihormati dalam tradisi Marapu. Selain itu, rumah adat ini terdiri dari empat tingkat dengan fungsi yang berbeda. Tingkat pertama digunakan untuk menampung hewan peliharaan, tingkat kedua sebagai tempat tinggal keluarga, tingkat ketiga untuk menyimpan hasil panen dan tempat memasak, sementara tingkat paling atas difungsikan untuk menyimpan benda-benda keramat serta tanduk kerbau, yang melambangkan kemuliaan.
Keunikan lain dari Desa Adat Ratenggaro adalah empat rumah sakral yang sangat dihormati oleh penduduk setempat. Rumah-rumah ini memiliki simbolisme yang mendalam, masing-masing mewakili empat penjuru mata angin. Rumah Uma Katoda Kataku melambangkan ayah, Uma Kalama simbol ibu, Uma Katoda Kuri simbol saudara ayah, dan Uma Katoda Amahu simbol saudara ibu. Posisi dan jumlah rumah ini telah tetap sejak zaman nenek moyang, mencerminkan betapa kuatnya ikatan masyarakat dengan tradisi dan leluhur mereka. Rumah-rumah ini juga dirancang dengan sangat hati-hati, mengikuti pola yang telah diwariskan turun-temurun.
Selain struktur arsitektur yang unik, material yang digunakan dalam pembangunan rumah adat ini pun sepenuhnya berasal dari alam sekitar, tanpa menggunakan bahan logam. Kayu, bambu, dan alang-alang adalah bahan utama yang digunakan untuk membangun rumah-rumah tersebut. Hal ini semakin menegaskan hubungan yang erat antara masyarakat Desa Adat Ratenggaro dengan alam sekitar mereka, serta bagaimana mereka menjaga kearifan lokal dan tradisi nenek moyang dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Kuburan Batu: Saksi Bisu Sejarah Desa
Di sekitar Desa Adat Ratenggaro, terdapat sekitar 304 kuburan batu atau menhir yang telah ada sejak lebih dari 4.500 tahun lalu. Kuburan-kuburan ini tersebar di berbagai lokasi, termasuk di sepanjang pantai, dan sebagian memiliki bentuk yang sangat unik, menyerupai meja batu besar. Keberadaan kuburan batu ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya megalitikum di wilayah tersebut. Setiap kuburan tidak hanya berfungsi sebagai makam, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan spiritual yang sangat tinggi bagi masyarakat setempat.
Beberapa kuburan batu di Ratenggaro diyakini sebagai makam para tokoh penting, seperti Gaura, pendiri kampung, serta beberapa pejuang dan raja Sumba yang dihormati. Selain itu, terdapat juga menhir-menhir yang dianggap memiliki makna khusus, seperti tugu Katode yang dipercaya dapat mendatangkan kemenangan dalam peperangan. Ada pula tugu-tugu lainnya yang terkait dengan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan alam, seperti tugu yang digunakan untuk meminta hujan atau untuk memohon kekuatan petir. Kuburan-kuburan ini bukan hanya sekadar makam, tetapi juga simbol kekuatan dan harapan bagi masyarakat Ratenggaro.
Makam batu
Secara keseluruhan, kuburan batu yang tersebar di sekitar desa ini adalah bukti sejarah yang tak lekang oleh waktu. Mereka menghubungkan masyarakat dengan masa lalu yang penuh kisah tragis namun juga kebesaran budaya. Di antara makam-makam tersebut, ada yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan para leluhur, termasuk makam Gaura dan Mamba, pendiri desa, serta Rato Pati Leko, seorang pejuang yang sangat dihormati. Semua kuburan ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang budaya dan kepercayaan yang masih hidup hingga saat ini di Desa Adat Ratenggaro.
pantai dan desa
Desa Adat Ratenggaro tidak hanya menawarkan keunikan budaya dan sejarah, tetapi juga keindahan alam yang mempesona. Salah satu daya tarik utama desa ini adalah Pantai Ratenggaro, yang terletak di belakang perkampungan. Pasir pantainya yang putih dan halus, serta ombak besar yang datang dari Samudra Hindia, menjadikan pantai ini tempat yang ideal bagi para pecinta olahraga selancar. Untuk menikmati pesisir pantai yang panjang, pengunjung dapat menyewa kuda Sumba, yang merupakan kuda lokal yang lebih kecil namun gesit. Kuda-kuda ini bahkan dapat diajak berenang di laut, menawarkan pengalaman yang tidak biasa bagi wisatawan.
Potong ayam tradisi penyambutan tamu
Selain itu, pengunjung juga dapat menyewa baju adat Sumba dan berfoto dengan latar belakang rumah adat serta situs megalitik. Banyak kerajinan tangan khas Ratenggaro, seperti kain tenun Sumba dan perhiasan dari manik-manik batu dan taring babi hutan, yang dijual oleh penduduk setempat sebagai oleh-oleh.
Keindahan Pantai Ratenggaro
Desa Adat Ratenggaro tidak hanya menawarkan keunikan budaya dan sejarah, tetapi juga keindahan alam yang mempesona. Salah satu daya tarik utama desa ini adalah Pantai Ratenggaro, yang terletak di belakang perkampungan. Pasir pantainya yang putih dan halus, serta ombak besar yang datang dari Samudra Hindia, menjadikan pantai ini tempat yang ideal bagi para pecinta olahraga selancar. Untuk menikmati pesisir pantai yang panjang, pengunjung dapat menyewa kuda Sumba, kuda lokal yang berukuran lebih kecil namun gesit. Kuda-kuda ini bahkan dapat diajak berenang di laut, menawarkan pengalaman yang tidak biasa bagi wisatawan yang mencari cara berbeda untuk menikmati keindahan alam.
Makam batu leluhur latarbelakang pantai
Selain menikmati keindahan alam, pengunjung juga dapat merasakan keunikan budaya masyarakat Ratenggaro. Salah satunya adalah tradisi Marapu, kepercayaan spiritual yang masih sangat dijaga oleh masyarakat setempat. Tradisi ini mencakup pemujaan terhadap roh leluhur yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Banyak aktivitas wisata yang mengajak pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan budaya lokal, seperti mengenakan pakaian adat Sumba dan berfoto dengan latar belakang rumah adat serta situs megalitik. Selain itu, pengunjung juga dapat belajar tentang tenun Sumba yang terkenal dengan kualitasnya yang tinggi, serta membeli kerajinan tangan khas Ratenggaro, seperti perhiasan dari manik-manik batu dan taring babi hutan, yang dijual oleh penduduk setempat sebagai oleh-oleh.
kerajinan tangan khas
Desa Adat Ratenggaro di Pulau Sumba bukan hanya sekadar destinasi wisata biasa. Di sini, wisatawan tidak hanya disuguhi pemandangan alam yang spektakuler, seperti pantai dengan pasir putih dan ombak besar, tetapi juga kesempatan untuk mempelajari sejarah panjang yang terkandung dalam setiap batu kuburan dan rumah adat. Tradisi Marapu yang masih hidup di desa ini menambah daya tarik, dengan masyarakat yang sangat menghormati leluhur mereka melalui arsitektur dan upacara adat. Bagi siapa pun yang ingin merasakan pengalaman berbeda, Desa Adat Ratenggaro adalah destinasi yang sangat layak untuk dikunjungi.
dipemukiman Ratenggaro
Dengan keindahan alam yang luar biasa dan kekayaan budaya yang mendalam, Desa Adat Ratenggaro di Sumba menawarkan pengalaman wisata yang tidak hanya menarik tetapi juga sarat nilai historis dan spiritual. Desa ini menyajikan kombinasi langka antara alam yang alami dan budaya yang otentik, menjadikannya tempat yang sangat layak untuk dikunjungi bagi mereka yang ingin mengeksplorasi keindahan Pulau Sumba sambil merasakan kekayaan tradisi yang masih hidup.
Akses Lokasi
Desa Adat Ratenggaro terletak sekitar 56 kilometer dari Tambolaka, ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya. Meskipun perjalanan ke desa ini membutuhkan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam dengan kendaraan, akses jalan yang mulus dan pemandangan alam yang indah sepanjang perjalanan menjadikannya pengalaman yang memuaskan. Wisatawan dapat menggunakan mobil sewaan atau ojek untuk mencapai desa ini. Setelah sampai, pengunjung dapat menikmati keunikan desa dan berinteraksi langsung dengan masyarakat adat yang masih mempertahankan tradisi leluhur mereka.
Foto bersama bapak Martinus
Bagi pengunjung yang hendak menghabisi malam di desa adat Ratenggaro ini tersedia rumah yang bisa disinggahi, tinggal dan bercengkrama bersama kelurga besar di rumah adat ini menjadi sebuah momen tersendiri yang membekas. istimewanya bagi pengunjung yang menginap akan disediakan upacara adat sederhana yang dilakukan tuan rumah setempat dengan makan bersama dan memotong ayam kampung. jangan terkejut akan keramahan dan kebaikan tuan rumah, anda akan diberikan nasi yang memiliki porsi yang "menggunung" yang dalam di adat sana, nasi yang diberikan harus dihabiskan. untuk menginap di desa adat Ratenggaro ini dikenakan biaya Rp. 150.000, (harga dapat berubah-ubah tergantung dari keputusan desa adat maupun tuan rumah). dengan biaya segitu sudah dapat tidur dirumah adat, penyambutan adat yang sederhana, makan dan minum selama tinggal disana. Bagi yang berminat dapat menghubungi Bapak Martinus (081339388978) sebagai tuan rumah di desa Ratenggaro.
0 komentar :
Posting Komentar