Hubungan Vatican dengan Indonesia

Vatican : Negara Eropa Pertama Yang Mengakui Kedaulatan Indonesia



Negara Vatikan yang dalam bahasa Italia disebut  Stato della Città del Vaticano;atau bahasa latin: Status Civitatis Vaticanae), merupakan sebuah enklaf ( sebuah negara/bagian negara yang dikelilingi oleh wilayah suatu negara lain). yang dikelilingi tembok di dalam kota Roma di Italia. Dengan luas area sekitar 44 hektar, dan populasi sebesar 842 jiwa,Negara Vatikan merupakan negara independen terkecil di dunia, baik area maupun populasinya, yang diakui secara internasional. Negara ini berbentuk eklesiastik atau monarki-sakerdotal yang diperintah oleh Paus. Para pejabat tertinggi negara ini semuanya adalah klerus Katolik yang berasal dari berbagai negara. Sejak kembalinya Paus dari Avignon pada tahun1377, mereka umumnya tinggal di Istana Apostolik di dalam wilayah yang sekarang adalah Kota Vatikan, meskipun terkadang juga tinggal di Istana Quirinal di Roma atau di tempat lainnya.
Sejarah kemerdekaan Indonesia berhubungan besar dengan negara Vatikan. negara inilah yang merupakan negara eropa pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. meski perjuangan  panjang Indonesia lewat berbagai jalur diplomatik maupun senjata demi memperoleh kedaulatan penuh di pusaran tahun 45 sampai 50-an memang tidak mudah. Bahkan hingga tahun 1949, Belanda masih melancarkan agresinya untuk menduduki Republik ini.

Hubungan Vatican dengan Indonesia
Vatikan
Pada tanggal 13 - 16 Maret 1947, Konsul Jendral Mesir untuk India ( di Mumbay) yang bernama Muhammad Abdul Mun’im bersama Muriel Pearson (nama samarannya adalah Ketut Tantri - seorang perempuan Amerika yang pro kemerdekaan sejak masa revolusi) , datang ke Yogyakarta ( Ibukota RI saat itu). Pada tanggal 15 Maret 1947 bertepatan dengan HUT Mesir ke 23, keduanya menghadap Presiden Soekarno untuk mewakili pemerintah Mesir sekaligus utusan Liga Arab guna menjelaskan posisi dukungan mereka terhadap kedaulatan RI.

Hubungan Vatican dengan Indonesia
Ir. Soekarno
Kondisi sosial politik di Indonesia rupanya tak luput dari pantauan Tahta Suci Vatican, terlebih setelah Mgr Albertus Soegijapranata dari Ordo Serikat Jesuit menjadi Uskup Vikaris Apostolik di Semarang sejak tahun 1940. Perhatian Vatican semakin besar ke Indonesia manakala di tahun 1942, Jepang merampas gereja-gereja katolik, pertapaan - pertapaan Ordo, rumah sakit sekaligus membantai para pastor , biarawan biarawati atau pekerja pribumi di aset-aset katolik lainnya.

Hubungan Vatican dengan Indonesia
Mgr. Soegijapranata
Sebagai pribumi sekaligus Uskup Katolik, Soegijapranata tentu saja terusik jiwa nasionalisme maupun kemanusiaannya. Terus menerus dirinya mendorong unsur-unsur katolik, terlebih pemuda dan pemudinya terlibat dalam berbagai pertempuran maupun diplomasi (dengan slogan terkenalnya 100% Katolik, 100% Indonesia). Secara intens dirinya juga melaporkan keadaan yang terjadi di Indonesia pada atasan hierarky-nya. Hal ini otomatis menimbulkan satu kedekatan emosi antara Vatican dan Indonesia. Maka Proklamasi 17 Agustus 1945 dan kedatangan Konsul Jenderal Mesir Muhammad Abdul Mun’im untuk mendukung kedaulatan RI pada tanggal 15 Maret 1947 jelas menjadi satu masukan bagi Vatican dalam mengambil kebijakan.

Hubungan Vatican dengan Indonesia
Proses pengakuan Mesir atas Indonesia
Belum genap 1 bulan sejak ditanda tanganinya perjanjian persahabatan Mesir - Indonesia pada 10 Juni 1947 Indonesia, Tahta Suci Vatican mengambil keputusan untuk turut mendukung kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia atas dasar persamaan landasan dan falsafah kehidupan kenegaraan, yakni antara lain, anti atheisme, perdamaian dunia, kerukunan antar umat beragama dan kesejahteraaan serta keadilan sosial bagi seluruh umat manusia Pengakuan ini langsung dibuktikan dengan membuka kedutaan yang disebut “Apostolic Delegate” dan secara resmi pada tanggal 6 Juli 1947 menugaskan Georges-Marie-Joseph - Hubert-Ghislain de Jonghe d'Ardoye, M.E.P sebagai duta besar Vatican pertama di Jakarta untuk masa 1947 hingga 1955.

Hubungan Vatican dengan Indonesia
Soekarno, Sogijapranata dan Apostolic Delegate
Kebijakan Vatican ini membuat negara-negara yang kala itu memiliki banyak penganut katolik , cukup tersentak, sehingga lewat PBB, mereka kemudian mendesak diadakannya pertemuan untuk menyelesaikan masalah Indonesia - Belanda. Desakan ini jelas senada dengan keinginan para pejuang diplomasi Indonesia yang ingin segera menyelesaikan konflik.
Hubungan Vatican dengan Indonesia
PBB
Namun Belanda sebagai negara dengan mayoritas pemeluk Protestan (tidak mengakui Paus maupun Tahta Suci, bahkan melakukan pemberangusan terhadap Katolik Indonesia selama VOC), menganggap pengakuan kedaulatan oleh Vatican tidak berarti apa-apa, baik secara politis maupun psikologis.

Hubungan Vatican dengan Indonesia
Mgr. Soegijapranata
Hanya 15 hari setelah kedutaan Vatican di buka di Jakarta, Belanda menjawabnya dengan agresi militer yang pertama di Sumatera dan Jawa.



0 komentar :

Posting Komentar