Kampung Bena: Menjaga Tradisi, Merawat Alam, dan Melestarikan Megalitikum di Nusa Tenggara Timur
Kampung Adat Bena, yang terletak di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah sebuah perkampungan megalitikum yang memiliki sejarah lebih dari 1.200 tahun. Dikenal dengan arsitektur tradisional yang unik, keberadaan situs megalitik, dan budaya yang masih terjaga dengan baik, Bena menawarkan pengalaman yang membawa pengunjung seolah kembali ke masa lalu. Kampung ini terletak di puncak bukit dengan latar belakang Gunung Inerie, yang menambah pesona alamnya, sekaligus menjadi pusat kehidupan masyarakat adat yang mempertahankan tradisi dan kepercayaan mereka.
Desa adat Bena |
Masyarakat Bena menjalin hubungan yang sangat erat dengan alam dan kepercayaan mereka terhadap Gunung Inerie, yang dianggap sebagai kediaman Dewa Yeta yang melindungi mereka. Ritual adat dan bangunan simbolis yang ada di tengah kampung mencerminkan pemujaan terhadap gunung dan leluhur. Salah satu keunikan kampung ini adalah pemujaan yang tertanam dalam struktur sosialnya. Kampung Bena hanya memiliki satu pintu gerbang yang digunakan untuk keluar-masuk, memberikan kesan kedekatan dan menjaga hubungan antarwarga.
Pemukiman berbentuk U |
Arsitektur kampung Bena juga sangat khas, dengan rumah-rumah adat yang dibangun melingkar membentuk huruf "U". Setiap rumah dihuni oleh satu suku, dengan sembilan suku yang tinggal di kampung ini, dan setiap suku memiliki posisi yang berbeda berdasarkan ketinggian dalam perkampungan. Rumah-rumah ini dihiasi dengan atap unik yang menunjukkan garis keturunan dan status sosial penghuninya.
rumah adat |
Di pusat kampung terdapat dua bangunan penting, yaitu Ngadhu dan Bhaga. Ngadhu, yang mewakili nenek moyang laki-laki, berbentuk seperti payung besar dengan tiang tunggal, sedangkan Bhaga, yang melambangkan nenek moyang perempuan, berbentuk miniatur rumah. Kedua bangunan ini digunakan untuk upacara adat yang sangat penting bagi masyarakat Bena.
Ngadu |
Selain kekayaan budaya, Bena juga dikelilingi oleh pemandangan alam yang spektakuler. Kampung ini berada di kaki Gunung Inerie, yang menawarkan panorama gunung yang megah dan udara sejuk yang menyegarkan. Bena juga dikenal dengan situs-situs megalitik yang tersebar di sekitarnya, seperti dolmen, menhir, dan punden berundak. Batu-batu besar ini digunakan dalam berbagai ritual adat dan merupakan warisan kebudayaan yang menghubungkan masyarakat Bena dengan leluhur mereka.
Bhaga |
Kehidupan sehari-hari masyarakat Bena sangat terhubung dengan pertanian, khususnya bercocok tanam jagung, padi, dan kopi. Selain itu, masyarakat Bena terkenal dengan kerajinan tangan, terutama kain tenun ikat yang dihasilkan oleh para wanita setempat. Proses pembuatan kain ini melibatkan teknik tenun tradisional yang telah diwariskan turun-temurun. Kain tenun ini tidak hanya digunakan untuk acara adat, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi oleh-oleh yang banyak dicari wisatawan.
Gunung Inerie dikejauhan |
Masyarakat Bena juga menjunjung tinggi nilai gotong royong. Setiap kegiatan besar, seperti pembangunan rumah adat atau pelaksanaan upacara adat, dilakukan secara bersama-sama dengan seluruh anggota komunitas. Hal ini mencerminkan solidaritas yang sangat penting dalam struktur sosial masyarakat Bena.
Kearifan Lokal
Salah satu aspek menarik dari masyarakat Bena adalah sistem matrilineal yang mereka anut, di mana garis keturunan dan warisan budaya mengikuti jalur ibu. Dalam sistem ini, hak kepemilikan tanah dan rumah diwariskan melalui perempuan. Posisi perempuan juga sangat dihormati dalam struktur sosial dan keputusan adat. Peran perempuan sangat signifikan dalam berbagai ritual adat, termasuk upacara-upacara besar yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Bena.
menjual aksesoris kerajinan tangan |
Bena dikenal dengan berbagai upacara adat, seperti Reba, yang merupakan perayaan Tahun Baru adat. Upacara ini melibatkan tarian, musik, dan persembahan kepada leluhur untuk memohon perlindungan dan berkah di tahun yang baru. Selain itu, Adat Sela, sebuah upacara yang melibatkan pembagian hasil panen kepada seluruh masyarakat, juga menjadi simbol rasa syukur mereka terhadap alam.
Gua Maria di desa Bena |
Tantangan terbesar bagi Kampung Bena adalah menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan perkembangan pariwisata. Masyarakat Bena sadar akan pentingnya menjaga keaslian budaya mereka, dan berusaha untuk memastikan bahwa pariwisata tidak merusak nilai-nilai tradisional mereka, melainkan menjadi sarana untuk memperkenalkan keindahan alam dan budaya mereka ke dunia luar.
Akses Lokasi
Kampung Bena terletak di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Dapat dicapai melalui perjalanan sekitar 19 km dari Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, atau sekitar 7 hingga 8 jam perjalanan darat dari Labuan Bajo. dan dapat dicapai dengan perjalanan sekitar 30 hingga 45 menit dari Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, yang berjarak sekitar 19 km.
Sesampainya di Bena, pengunjung dapat mengikuti tur keliling kampung yang dipandu oleh penduduk lokal, yang memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya kampung ini. Pengunjung juga dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat, mencoba menenun kain ikat, atau menyaksikan upacara adat yang masih rutin dilaksanakan.
Kordinat Lokasi
8°52'36.1"S 120°59'09.1"E
0 komentar :
Posting Komentar