Tugu Ketenangan Jiwa mejadi saksi kisah tragis jaman perang
Dalam Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Kota Semarang terkenal dengan pertempuran 5 harinya. pertempuran yang terjadi pada tanggal 15-19 Oktober 1945 ini menelan banyak korban baik dari pihak penjajah maupun dari pihak pejuang kemerdekaan. pertempuran ini terjadi di pusat kota semarang. tidak jauh dari pusat kota Semarang, tepatnya di pinggiran laut di Pantai Baruna ada sebuah monumen untuk memperingati peristiwa tersebut dari sudut pandang yang lain. Monumen tersebut bernama Chinkon no Hi. arti dari Chinkon no Hi yaitu Ketenangan Jiwa, monumen ini berupa bongkahan batu dengan aksara Jepang yang dipahat. Sesuai namanya, lokasi tempat monumen tersebut sangat tenang karena berada di tepi muara sungai Banjir Kanal Barat. Tumpukan batu berdiri tegak di kawasan pesisir Pantai Baruna ini sepintas seperti batu berukuran besar dan biasa-biasa saja. Namun jika dilihat lebih dekat sebuah pahatan unik tergores jelas di batu tersebut. tak ada bagunan lain di samping monumen dengan pahatan batu itu, bahkan tidak ada pagar pembatas antara monumen dengan bibir pantai maupun akses jalan hanya rerumputan kering serta tanah gersang yang berada persis di pinggir laut.
Pahatan itu merupakan huruf Kanji atau tulisan Jepang. Pada bagian atas tulisan Jepang terbaca cukup besar. Sementara di bagian bawah tertulis kecil-kecil dalam jumlah banyak, namun sangat rapi. Monumen ketenangan jiwa ini diresmikan pada 14 Oktober 14 Oktober 1998 yang diresmikan oleh mendiang Wali Kota Semarang Soetrisno Soeharto. Monumen peringatan itu untuk menghormati warga tentara Jepang yang tewas saat Pertempuran Lima Hari di kota semarang
Monumen Ketenangan Jiwa |
Monumen Ketenangan Jiwa dibangun atas inisiatif warga Jepang. Monumen yang bertuliskan aksara Kanji ini berisikan nama-nama korban dari pihak Jepang, dimana yang sebagian merupakan tentara Jepang yang tewas dalam pertempuran. Sebagian lain adalah warga Jepang sipil yang juga tewas terbunuh sebagai imbas pecahnya pertempuran dengan pemuda Semarang.
Prasasti peresmian |
Menurut ceritanya dahulu, warga sipil Jepang itu merupakan para pegawai yang tinggal di kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Di sana mereka bekerja pabrik milik Jepang. Saat pertempuran lima hari pecah, mereka yang terancam lalu secara sembunyi-sembunyi mencari perlindungan. Mereka berjalan kaki menuju pusat tentara Jepang di Jatingaleh Semarang.
Tulisan Aksara Jepang |
Namun di tengah perjalanan, mereka banyak yang tewas terbunuh saat bertemu dengan pejuang pemuda Indonesia. asal usul dibangunnya monumen ketenangan jiwa ini adalah setelah perang 5 hari selesai dari pemerintah Jepang banyak yang menemukan jasad tentara Jepang yang dibuang di tengah Sungai Banjir Kanal Barat yang mengalir ke laut. Posisi monumen ketenangan jiwa yang dibangun ini menghadap ke utara. dan dari posisi monumen ini diyakini menghadap ke Ibu Kota Jepang, yakni Tokyo tempat kaisar Jepang berada.
Berisi nama korban |
Akses
Lokasi monumen itu rupanya tak setenang namanya. untuk akses jalan ini masih sangat sempit, apalagi setelah melewati jalan arteri Yos Sudarso menuju ke pantai baruna .kontur tanah yang terjal serta pemandangan bangunan kumuh di sekitarnya juga menjadi catatan tersendiri.
Ketenangan Jiwa |
Jalan masuk ke area pantai ini terletak di jalan Arteri Pelabuhan – Bandara, tepat di sebelah kiri perempatan pertama setelah perempatan puri Anjasmoro. Pantai akan susah untuk dimasuki sehabis hujan, karena jalan tanah akan berubah menjadi lumpur yang akan menghambat kendaraan.
Kordinat Lokasi
0 komentar :
Posting Komentar